Hay prend i'm come back!!
Jujur aku lebih suka kalian komen.
Kalian tau cerita ini jalur apa?
"Kamu adalah senja yang telah usai. Datang dengan membawa sejuta keindahan, lalu meninggalkanku dalam pekatnya malam"
Rembulan untuk Altair
。◕‿◕。
Alta duduk di kursi kayu taman rumah sakit. Dia melamun, memandangi pohon pucuk merah di tepi jalan. Jika di sekolah tempat favoritnya adalah rooftop, di rumah sakit dia lebih suka menghabiskan waktu di tempat ini."Kalau mau nangis, nangis aja. Cowok boleh nangis kok," kata Bulan dengan berjalan menghampiri Alta dari belakang.
Sedari tadi Bulan memang masih mengikuti Alta. Dia sengaja keluar dari tempat persembunyiannya karena, gadis itu pikir Alta butuh teman disaat-saat seperti ini. Bulan memang masih membenci Alta. Namun setelah kejadian tadi, Bulan ingin sedikit bersikap baik padanya.
"Kalo mau cerita, gue bisa jadi pendengar. Nggak baik dipendam sendiri," ujarnya lagi.
Alta melirik sinis ketika Bulan mengambil tempat duduk di sampingnya. Dia langsung berdiri meninggalkan Bulan. Namun teriakkan gadis itu menghentikannya.
"MAU KEMANA?" teriak Bulan.
Alta berbalik arah mendekat kearah Bulan. Dia mencondongkan tubuhnya menghadap Bulan yang masih duduk di tempat. Tatapan matanya lagi-lagi mengunci pergerakan Bulan.
"Ada tiga tingkatan kedekatan interpersonal antar orang. Kenalan, teman, sahabat dan lo nggak ada dalam kategori ketiganya. Jadi berhenti cari tau dan sok tau tentang hidup gue! Karena lo bukan siapa-siapa gue," untuk pertama kalinya Alta berbicara panjang lebar dihadapan Bulan.
Bisa dilihat betapa sombongnya manusia satu ini. Bahkan setelah Bulan menolongnya, dia tidak dianggap apa-apa.
"Oke Bulan sabar, orang kek dia emang nggak ada akhlak," batin gadis itu. Mati-matian dia menahan kesal pada Alta.
"Dan soal tadi, anggap nggak pernah terjadi," kata Alta.
Alta kembali melangkah pergi. Bahkan disaat Bulan meneriakinya dia tidak menoleh sama sekali.
。◕‿◕。
Bulan menepikan motor matic miliknya. Roda depan miliknya kempes akibat menginjak paku. Dia menghela nafas, serta menoleh ke kanan dan kiri mencari pertolongan. Namun tak ada siapapun, karena Bulan sengaja memilih jalan sepi agar cepat sampai.
Gadis itu mengambil ponselnya di saku. Tampak sedang mencoba menghubungi seseorang. Namun hanya operator yang menjawab.
"Maaf, nomer yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi."
"Kak Rey kemana, sih?" monolognya.
Dia beralih menghubungi Dean. " Halo Dean, jemput gue sekarang di jalan kenanga! Gue nggak terima penolakan titik," belum sempat Dean membalas sambungan telah diputus oleh Bulan.
Langit mulai gelap, adzan magrib sebentar lagi berkumandang. Menambah kegundahan hati Bulan. Dia masih setia duduk di trotoar jalan seorang diri. Setelah menunggu cukup lama akhirnya Dean tiba ditempat itu.
"Lo lama banget sih, gue takut tau," kata Bulan dengan mata melotot dan bibir dimajukan.
"Biasa aja kali, untung gue yang gantengnya mirip oppa-appa kiwoyo ini mau berbaik hati jemput lo," balas Dean. Sambil meraup Wajak jutek Bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan untuk Altair
Teen FictionDia Altair, seperti namanya dia itu bintang. Tinggi dan sulit digapai, diam namun bersinar. Tumbuh dalam kebencian membuatnya menjadi seorang yang dingin, arogan dan suka semena-mena. Dia dapat melakukan apapun dengan semaunya. Namun semua berubah...