Hay prend, aimkombekk!!
Are you ready?。◕‿◕。
"G– gue nggak bermaksud gitu, maaf" kata Bulan.
"Biar apa, mau caper ke guru-guru? Apa permintaan maaf lo bisa ngembali-in keadaan?" Bulan menggeleng kaku.
"Nggak gitu, gue cuman ngejalanin tugas gue aja, iya tau, gue salah. Tapi semua udah terlanjur terjadi. Mau lo marah, caci maki atau mukul gue pun, percuma. Nggak akan merubah apapun." Dengan sisa keberanian yang dia miliki. Bulan mencoba membela diri.
"Asal lo tau, Alta hidup sendiri. Sekarang siapa yang mau ngurusin dia, hah?"
"Lo nggak bisa sepenuhnya salahin Bulan dong, tadi kita sama-sama lihat kalau Kak Alta itu dijegal," bela Dean yang tak tahan melihat sahabatnya disudutkan terus-menerus.
Tiba-tiba scurity datang menghampiri mereka, "Kalau masih mau ribut silahkan keluar! Ini rumah sakit, bukan hutan. Tolong dikondisikan."
"Iya, Pak," jawab Dean.
"Gue mau bantu jagain kok, dan lagian kak Alta juga ada pembantu dirumahnya," putus Bulan demi menghindari keributan.
Keadaan kembali tenang, pak scurity pun telah pergi. Tak ada perdebatan lagi, ataupun pembicaraan. Mereka masuk ke ruang inap Alta bersamaan.
Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah Alta yang berbaring di brankar. Lelaki itu tak berekspresi sedikitpun. Seperti tidak terjadi apapun sebelumnya. Benar-benar manusia kanebo.
"Harusnya lo nggak usah sok-sokan ikut main tadi," Daniel mengetuk pelan kaki yang terbungkus perban itu. Sebarnya Alta memang tidak jago bermain basket, dia hanya sekedar bisa.
"Letoy banget lo kayak cewek, di senggol dikit aja jatoh," ledek Daniel kemudian. Padahal tadi dia yang paling panik sampai marah-marah tak jelas.
"Berisik!" Alta angkat suara.
Sejauh ini memang hanya lelaki itu yang paling peduli. Disaat keluarga bahkan semua orang menjauhinya, hanya dia yang selalu ada. Alta ingat betul ketika Daniel menjadi satu-satunya siswa yang mau mengulurkan tangan dan menganggapnya sebagai teman, saat samua sengaja menjauh.
"Tapi sukur deh, lo jadi punya babu baru, gratis lagi," kata Daniel melirik sinis ke arah Bulan.
Dean menyenggol lengan Bulan dan membisikkan sesuatu, "Mending kita balik, berasa di neraka gue."
"Ya udah, ayok!"
Bulan mendekat, akibat kejadian tadi membuat dirinya merasa sedikit canggung. Dia menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Kak, kita duluan ya. Semoga lekas sembuh," pamit Bulan. Dia pun pergi keluar diikuti Dean yang mengekor.
。◕‿◕。
Memasuki hari kedua dari acara ulang tahun sekolah. Seperti janjinya kemarin, Bulan mendadak menjadi asisten pribadinya Alta. Ah, lebih tepatnya kerja paksa. Peraturannya gadis itu harus mau disuruh-suruh dari tiba disekolah hingga sore.
Alta sudah diperbolehkan pulang kemarin, bahkan hari ini sudah masuk sekolah Padahal biasanya dia lebih suka membolos. Bulan sempat curiga kalau lelaki itu sengaja datang supaya dapat mengerjai dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan untuk Altair
Teen FictionDia Altair, seperti namanya dia itu bintang. Tinggi dan sulit digapai, diam namun bersinar. Tumbuh dalam kebencian membuatnya menjadi seorang yang dingin, arogan dan suka semena-mena. Dia dapat melakukan apapun dengan semaunya. Namun semua berubah...