LT || 21

399 34 1
                                    

Jangan lupa untuk vote dan komen guys.

Jelaskan padaku bagaimana caranya menghalau debaran jantung ketika kau berada di sampingku. Kau tahu, ini sungguh menyiksaku.

~Frisna Izza Afkarin~

Pantas saja pagi tadi tidak ada yang membubarkan perkumpulan para siswa di halaman, ternyata karena guru-guru serta staf sekolah sedang mengadakan rapat koordinasi untuk pelaksanaan ujian akhir semester minggu depan. Di kelas XI IPA1 tidak ada guru yang datang untuk mengajar, mereka hanya diberi tugas seperti biasanya jika guru itu tidak bisa menghadiri kelas. Sepertinya beberapa kelas lainnya juga sama.

Kesempatan ini tentu menjadi bendera kemenangan bagi para siswa.  Mereka bisa melakukan banyak hal di saat jam pelajaran kosong. Setiap siswa berbeda-beda, ada yang rajin mengerjakan tugasnya terlebih dahulu, ada yang sudah nangkring di kantin dan bahkan ada yang menjadi penyanyi dadakan di kelas. Seperti Dito pria itu dengan kepercayaan diri penuh memegang gagang sapu sebagai mic palsu untuknya menyanyi. Kalian pasti tahu bagaimana kacaunya kelas itu.

"Dito lo diem deh!" seru Aurel. Kepalanya terlalu pening mendengarkan suara cempreng pria itu.

"Dih suka-suka gue, suara-suara gue."

Bukan Dito namanya jika tidak bisa menandaskan ucapan lawan. Tidak peduli siapa lawan bicaranya, meskipun itu seorang perempuan tetap saja dia akan melakukan hal yang sama.

Aurel memijat pelipisnya. Dia sedang malas berdebat apalagi kalau dengan Dito. Akan menjadi panjang nanti ceritanya.

"Btw, itu geng Rodex pada kemana?" tanya Tania yang baru saja mengangkat kepalanya yang ia sandarkan pada lipatan tangan. Ya, dia baru saja terbangun dari tidurnya.

"Gue liat tadi mereka keluar si," ujar Fresya sembari memainkan ponselnya.

"Paling juga mereka lagi cari markas baru di sekolah ini. Secara 'kan mereka baru di sini," pikir Aurel.

Frisna mengangguk paham. "Benar juga, cowok kaya mereka jelas butuh tempat tersendiri buat perkumpulannya."

"Eh, gue mau ke perpustakan nih, ada yang mau ikut?" tawarnya.

Aurel menggeleng begitu juga dengan Fresya.

"Lo, Tan?"

"Nggak deh, gue mau lanjut tidur aja."

Frisna membuang nafasnya jengah. "Kerbau."

***

Ini sudah menjadi hal biasa bagi Frisna. Menjadikan perpustakaan sebagai tempat singgahnya ketika merasa bosan berada di dalam kelas. Ia sering meminjam beberapa buku dari sana untuk dia bawa pulang dan dibaca ketika berada di rumah.

Seperti sekarang gadis itu berjalan pelan seraya mendongak mencari sebuah novel yang tersusun berjejer di atas sana. Dia menyusuri rak buku tersebut dengan pelan supaya tidak ada yang terlewat. Dan akhirnya dia mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Akhirnya dapat juga–" kalimatnya terjeda saat seseorang dari sisi depan juga meraih buku yang sama dengannya. Buku itu hanya tersisa satu diantara himpitan buku lainnya.

"Buat lo aja." Dia melepas buku tersebut membiarkan Frisna mendapatkannya.

Frisna masih terpaku. Entah mengapa akhir-akhir ini dia bertemu dengannya tanpa diduga. Seolah semesta mengerti perasaannya dan mendukung mereka untuk sering bertukar sapa dari pada sebelumnya.

Luka Terbaik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang