LT || 28

374 31 2
                                    

Jangan lupa vote dan komen guys!

Surut terlihat tatkala semua tertutup dusta. Perasaan hanya meniti luka dalam kejujuran yang sebenanya sangat deras. Entah bagaimana titik akhirnya.

~Luka Terbaik~

Laboratorium sekolah tampak berpenghuni. Beberapa siswa tengah berada di dalam untuk memulai praktek biologi siang ini.

"Sya, lo bisa bantu pasangin lensanya?" Fresya yang sedang menyiapkan beberapa tumbuhan yang akan digunakan pada prakteknya kali ini segera beralih pada Tania yang sedang kesulitan dengan mikroskopnya.

"Biar gue aja yang urus mikroskop. Lo bantu Aurel aja." Tania mengangguk.

"Segini cukup?" tanya Frisna membawa buret berisi cairan yang akan mereka gunakan nantinya.

"Cukup kok," tanggap Aurel.

Aurel yang tidak sengaja mengarahkan pandangannya pada seseorang disebelahnya membuat dia mengernyit. "Lo kenapa?"

"Gue kebelet banget deh," ucapnya dengan merapatkan roknya.

"Ya udah tinggal ke kamar mandi aja."

"Temenin." Aurel berdesis. "Lo udah gede ya, lagian juga masih banyak kerjaan yang harus gue lakuin. Sebentar lagi Pak Setyo datang, kalo semua perlengkapan belum siap bisa-bisa kita semua kena marah."

"Ya udah iya. Gue ke toilet dulu ya," putus Tania seraya berlari ke luar kelas. Sepertinya dia tidak bisa menahannya lebih lama lagi.

Untungnya jarak antara lab dan toilet sekolah tidak terlalu jauh sehingga Tania tidak perlu menahan lebih lama.

Seperti kebiasaan para cewek, bercermin sebelum keluar dari toilet, Tania juga melakukan hal itu. Dia membenarkan jas labnya kembali.
"Ternyata gue cakep juga," katanya bermonolog.

Setelah urusan di toiletnya selesai, Tania bergegas pergi. Langkah kakinya tampak dipercepat karena ia tahu bahwa dia sudah terlambat masuk ke dalam lab. Tania yakin jika Pak Setyo sudah berada di ruangan itu terlebih dahulu. Dia harus menyiapkan banyak alasan agar tidak terkena hukuman karena terlambat.

Pada saat Tania berlari kecil, kejadian tidak terduga datang saat itu juga.

Brughh

Ia menabrak bahu seseorang. Tania jatuh tersungkur di bawah, ia sedikit memegangi lututnya yang menjadi tumpuan pertama saat ia terjatuh tadi.

"Aww!" Ringisnya ketika memegang lututnya yang memerah.

"Astaga!" Seorang cowok menatap sayang minuman bersoda nya yang tumpah di bawah sana.

Cowok itu melirik tajam saat mengetahui siapa orang yang baru saja menabrak dirinya. Perubahan wajah sangat terlihat jelas setelahnya. Seolah marahnya begitu meluap-luap.

"Lo lagi lo lagi. Lo ga puas buat hidup gue sengsara hah?" Pekikan yang terdengar tajam membuat Tania berdiri saat itu juga.

Cowok bertubuh jangkung itu menatap tidak suka pada dirinya. Tania tahu ini kesalahannya, tapi apakah sikapnya yang membentaknya hingga membuat beberapa siswa menoleh ke arah mereka pantas untuk ditoleransi.

"Disini bukan lo aja yang dirugikan, lo liat jas gue ...." Tania menunjukkan noda merah bekas minuman itu mengotori jasnya.

"Gak usah marah-marah seolah disini cuma gue aja yang salah."

"Emang kenyataannya semua ini murni kesalahan lo!"

Pandangan orang-orang yang biasanya menganggap Rafa sebagai seorang pria absurd dengan segala kekonyolannya kini telah membuat mereka mengetahui sisi lain dari pria itu. Seorang yang hampir tidak pernah terlihat sisi amarahnya ternyata cukup membuat mulut tertutup begitu saja. Kaget sekaligus menegangkan, itulah beberapa hal yang orang-orang kini rasakan.

Luka Terbaik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang