Jangan lupa untuk vote dan komen ya guys!
Seharusnya dari awal memang tidak perlu berharap lebih. Semuanya seketika menggelap menjadi duka dan tangisan secara bersamaan.
~Fresya Gweny Shafira~
"Gue rasa kebahagiaan lo sama Fresya udah cukup."
Seseorang yang tengah fokus dengan ponsel genggamnya seketika melirik ke arah depan dengan tatapan tajamnya. Ia tidak suka diusik ketika sedang bersantai, apalagi saat dia tahu siapa yang sedang mengusiknya kali ini.
"Sampai kapanpun kebahagiaan gue selalu terpusatkan pada Fresya. Jadi ngga ada kata cukup buat hubungan gue sama Fresya," jawabnya dengan nada tegas sekaligus memperjelas kalimatnya.
"Wow! Orang kaya lo bisa ngomong hal kayak gitu?" Nada bicaranya sedikit meremehkan. "Tapi sayangnya lo harus ngelepasin dia karena taruhan yang udah terlanjur lo buat sama gue, Elvan."
Elvan jengah dengan orbolan ini. "Persetanan dengan taruhan. Gue ngga mau peduli lagi dengan itu. Lo harus tahu kalo perasaan gue sama dia bener-bener tulus."
"Lo tulus tapi gue rasa Fresya ngga punya perasaan tulus itu sama lo."
Smrik diwajahnya seolah menyulutkan emosi yang nyata. Seseorang seperti Elvan dengan kesabaran tipisnya tentu mulai merasakan geram.
"Maksud lo apa?"
Tidak segan-segan bagi Elvan untuk melayangkan pukulan ratanya, tetapi saat ini kawasan sekolah bisa dibilang cukup ramai. Elvan tidak ingin membuat keributan yang nantinya justru melibatkan Fresya. Bagaimanapun ia menginginkan hubungan yang baik-baik saja.
"Seandainya lo ngga mau ngelakuin apa yang udah jadi bahan taruhan lo sebelumnya, maka udah jelas lo harus kasih gue motor yang gue mau sekaligus bersiap-siap untuk mendengar kabar buruk dari hubungan lo sama Fresya."
Gara tampaknya memegang kemenangan atas pembicaraannya saat ini. Dia telah berhasil membodohi Elvan dengan segala caranya. Sayangnya seseorang seperti Elvan yang gegabah dalam mengambil keputusan justru terjebak dalam perasaannya sendiri.
Sekarang dia merasakan akibat dari permainan yang dianggapnya cukup sepele. Elvan menyesal, tapi semua sudah terlanjur begitu saja.
"Gue bakalan kasih apapun yang lo mau asalkan lo ngga ganggu hubungan gue sama Fresya."
"Apapun? Termasuk popularitas yang lo punya di sini?" tanya Gara memancing Elvan agar kembali terjebak pada ucapannya.
Elvan menggeram kemudian membuang muka dengan wajah kemerahan miliknya.
"Kasih tahu apa yang lo mau?"
"Sejauh ini nama gue udah terlanjur jelek karena geng lo. Sekarang gue mau lo bersihin nama gue di sekolah ini dan gue mau lo gabung sama gue sebagai kacung gue."
"Cih, najis! Gue ngga bakalan lakuin itu sama lo." Ia sengaja membuang ludah di depannya.
Sekarang keduanya berada diambang emosi yang menipis. Mereka jika dibiarkan pastinya akan semakin menjadi, bahkan kemungkinan akan terjadi perkelahian yang besar. Elvan yang merasa dipermainkan juga Gara yang merasa disepelekan. Seharusnya ada penengah diantara mereka.
"Kalau gitu gue bakalan ngomong ke Fresya sekarang juga, kalo lo cuma jadiin dia taruhan."
"Lo—"
Bugh.
Pukulan bertubi-tubi terus dilayangkan Elvan hingga membuat Gara kewalahan menghalaunya. Elvan membabi buta. Ia bahkan tidak memberikan satu kesempatan untuk Gara membalas pukulannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Terbaik
Non-FictionPermainan rasa seperti apa sebenarnya ini? Bagaimana bisa Fresya terus saja terluka saat mencintai cinta pertamanya. Terbesit pada obsesi yang berlebihan membuat langkah maju-mundur disetiap perjalanan cintanya. Pasalnya siapa yang tidak ragu jika s...