Jangan lupa vote dan komen ya guys!
Sudah pernah terluka saat bersamamu, namun aku memilih untuk mencoba kembali. Jika aku tidak jatuh cinta maka hal itu tidak akan pernah terjadi.
~Luka Terbaik~
Menjadi pelangi dikala derasnya hujan tidaklah mudah. Tatkala warna warni membentang dengan cantiknya, deras air hujan tidak ingin mengalah untuk mencari perhatian sepenuhnya. Jika siap menunggu hingga hujan puas dengan kesenangannya mungkin masih ada secercah harapan untuknya menebar pesona, namun jika pelangi lelah maka keindahan itu tidak akan ditemui dengan jelas.
Ibaratnya seperti seorang gadis yang mendambakan pria yang dicintainya. Ia akan melakukan segala hal untuk menyuguhkan segala kecantikan walaupun pria itu berusaha menutup mata untuknya.
"Kenapa?"
Perjuangan atas lika-liku cintanya telah terbayar lunas. Sebuah pencapaian yang selalu menjadi angan kini telah berubah menjadi indah, membuatnya terus bersyukur pada hari itu.
"Fresya!"
Perempuan itu mengedarkan pandangannya, melihat beberapa orang berlari menghampirinya dengan tergesa-gesa.
Ia mengerutkan keningnya, menatap heran Tania yang berhenti dihadapannya dengan nafas yang memburu, berbeda dengan Aurel dan Frisna yang bersikap biasa saja. "Lo ngga gagar otak 'kan?"
"Pikiran lo terlalu jauh, Tan." Ia menatap sebal ke arah sahabatnya.
Sementara itu Tania menggaruk tengkuknya yang tak gatal sembari menetralkan kembali deru nafasnya.
"Guys gue sama Elvan pacaran!" seru gadis itu seraya memamerkan deretan giginya yang rapi.
Ketiga sahabatnya cengo mendengar ucapan polos yang keluar dari mulut Fresya, namun Tania jauh lebih tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Kayaknya lo beneran gagar otak deh, Tan."
"Lo perlu bukti?"
Tania mengangguk dengan cepat.
"Ga perlu bukti, kalian liat mereka sudah terlihat seperti pasangan serasi. Lihat tangan siapa yang merangkul Fresya kali ini," ungkap Aurel membuat kedua orang lainnya mengikuti arah pandang gadis itu.
Frisna menepuk jidat. "Gue baru sadar!"
"Gue rabun kayaknya," ucap Tania seraya mengucek matanya.
"Elvan lo beneran—" ucapan Aurel terpotong. "Yes, she is my girlfriend."
Ia menatap perempuan disampingnya seraya mengacak rambutnya pelan. "Perjuangannya ga sia-sia, dia baik dan gue baru sadar kalo gue jatuh cinta sama Fresya."
Selain memamerkan senyum manisnya ia juga terus mengucapkan segala rasa terimakasih atas perjuangan yang dilaluinya sejauh ini. Memiliki perasaan terhadap pria terlebih dahulu tidaklah mudah, bila tidak dicintai balik maka akan terasa begitu menyesakkan.
"Bakalan jadi patah hati terbesar buat para cewe dan cowo si SMA Cakrawala, sih."
Frisna mengangguk. "Dua moswanted bersatu dalam sebuah hubungan lebih dari teman, astaga gue masih ga nyangka."
"Tania lo mau kemana?" tanya Fresya saat melihat Tania berjalan mundur dan mulai menjauh dari mereka.
Jarak yang belum terlalu jauh membuat gadis itu berbalik dan berteriak.
"Toilet!"
"Gue si ga mau jadi nyamuk ya, jadi bye!"
"Anjir gue juga ngga mau jadi nyamuk. Frisna tunggu gue!" Aurel memekik mengejar Frisna yang sudah berjalan lebih dulu meninggalkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Terbaik
Non-FictionPermainan rasa seperti apa sebenarnya ini? Bagaimana bisa Fresya terus saja terluka saat mencintai cinta pertamanya. Terbesit pada obsesi yang berlebihan membuat langkah maju-mundur disetiap perjalanan cintanya. Pasalnya siapa yang tidak ragu jika s...