Jangan lupa untuk vote dan coment!
Awal mengenalnya biasa saja. Tapi aku tidak yakin setelahnya akan biasa-biasa saja.
~Elvan Alby Valenrio~
Fresya memperlambat larinya, ini sudah putaran ke sembilan. Fresya menyeka keringat yang ada di dahi. Setelah menyelesaikan hukuman ia menjatuhkan pantat nya pada tanah lapangan yang ditumbuhi rerumputan hijau. Gadis itu membungkuk seraya meluruskan kedua kakinya, mengatur deru nafas yang tersengal-sengal.
"Nih kak, aku bawain minum." Fresya mendongak. Ternyata itu adalah adik kelasnya.
"Yah, telat. Padahal aku juga bawain kak."
"Eh bocah kecil kalian ga usah caper deh. Sya, ini minuman buat lo." kali ini Niko yang bersuara. Lelaki itu berjalan membelah percakapan antara mereka berdua.
"Tapi kan kita yang ngasih duluan." Protes salah satu dari adek kelasnya itu.
"Bodoamat!"
Niko seolah ingin memulai keributan.
"Ga usah makasih. Gue bisa beli sendiri."
Fresya meninggalkan mereka, berlari ke arah kantin dan membeli sebotol air mineral. Dalam perjalanan ke kantin dirinya bisa membayangkan bagaimana perasaan teman sebangkunya saat ini. Fresya yakin perempuan itu begitu kesal karena dibuat kepo olehnya.
Kruk.kruk.kruk
Suara keroncongan terdengar jelas dari perut Fresya. "Laper deh, beli bakso aja kali ya," ucapnya bermonolog.
Tanpa pikir panjang lagi, Fresya bangkit dari tempat duduknya. Berjalan ke arah penjual bakso itu.
Ia membeli bakso serta es jeruk, sepertinya es jeruk akan memberikan sensasi masam serta segar untuk cuaca yang bisa dibilang cukup panas.Fresya berjalan membawa nampan ia memilih tempat duduk yang berada diujung. Ia menusuk bakso tersebut menggunakan garpu lalu memasukkan ke dalam mulutnya. Rasanya lezat sekali disantap saat perutnya ini kelaparan.
Suasana kantin masih terbilang sepi, karena ini memang belum jam istirahat. Fresya yang awalnya ingin kembali ke kelas mengubah keinginannya karena rasa lapar serta gerah yang dirasakan. Jadi terpaksa mungkin nanti ia akan meminjam buku catatan temannya untuk menyalin materi yang diberikan hari ini.
Bel istirahat berbunyi. Dan secepat itu kantin dipenuhi oleh segerombolan siswa siswi yang mengantri membeli beberapa deretan makanan yang tersedia. Beberapa orang berlarian saat ingin membeli makanan bahkan ada juga yang kebingungan ketika melihat meja makan yang sudah mulai terpenuhi. Fresya bersyukur karena hari ini ia tidak perlu repot-repot untuk mengantri dan mencari-cari tempat duduk.
"Fresya!" Tania berlari kecil ke arahnya. Fresya melirik sebentar lalu memilih kembali melanjutkan makannya tanpa membalas panggilan temannya itu.
"Sya, sombong banget lo!" Keki Tania karena temannya itu menghiraukan panggilannya.
"Sekarang juga lo harus cerita sama gue!"
Fresya melirik malas. "Nanti gue lagi makan."
"Gue maunya sekarang, gila lo udah bikin gue kepo. Seorang Fresya yang merupakan jomblo legend sekarang suka sama cowok? OMG! Hal yang sangat langka." Tania sangat antusias tapi bagi Fresya itu terdengar lebay.
Menyadari Fresya tak menggubris perkataannya, terpaksa Tania menarik mangkuk yang ada di depan Fresya. Fresya jelas melotot, ia sudah lancang mengganggu aktivitas makanya.
"Balikin, gak!" titah Fresya ketus dengan wajah yang kesal.
"Gak! Gue udah nungguin sampe lumutan gini kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Terbaik
Non-FictionPermainan rasa seperti apa sebenarnya ini? Bagaimana bisa Fresya terus saja terluka saat mencintai cinta pertamanya. Terbesit pada obsesi yang berlebihan membuat langkah maju-mundur disetiap perjalanan cintanya. Pasalnya siapa yang tidak ragu jika s...