Jangan lupa untuk vote dan komentar ya guys!❤️
Sahabat itu seperti selimut. Memberikan rasa nyaman dan menenangkan:)
~Nathania Gava Putri~
Sore ini Fresya tengah sibuk di dalam kamar. Ia membereskan rak buku miliknya yang berisi beberapa kumpulan novel. Namun ketika mendengar cukup samar suara ponselnya berdering ia langsung menghentikan aktivitasnya.Tanpa melihat siapa penelpon nya, Fresya langsung mengangkat panggilan. "Hallo?"
"Tania Lo kenapa?" Fresya tampak cemas ketika mendengar isak tangis dari balik telfon
"..."
"Ada masalah apa lagi?"
"..."
"Yaudah. Gue tunggu, udah jangan nangis lagi."
Tut Tut Tut
Sambungan berakhir. Ada perasaan tidak enak dalam benaknya. Ya, Fresya mengkhawatirkan sahabatnya. Fresya menepis pikiran seperti itu, harapnya tidak ada hal yang melebihi batas. Dia akan berusaha menjadi pundak untuk bersandar serta memberi pelukan untuk menenangkan.
***
Sekarang Tania sudah berada di rumah Fresya. Tubuh ringkih Tania meluruh ke lantai bersamaan dengan dihujani oleh air mata. Tentu saja Fresya tidak sanggup melihat kondisi sahabatnya sekarang. Bajunya terlihat lusuh, rambut acak-acakan dan mata gadis itu membengkak. Bekas lebam di wajah gadis itu menarik simpati Fresya untuk mendekapnya. Tania sedang tidak baik-baik saja.
Fresya menenangkan dengan merengkuh tubuh gadis itu dalam pelukannya. "Tania, tenangin diri lo, ada gue di sini."
"Peluk gue se-erat mungkin, Tan. Lampiaskan semua kesedihan yang lo rasain sekarang." Fresya benar-benar tidak tega melihatnya seperti ini.
Tangis Tania semakin pecah dalam dekapan Fresya. Entahlah semua terasa sangat berat saat dijalankan oleh gadis itu. Seolah dirinya memang tidak pantas mendapat kebahagiaan barang setitik.
"Sya, gue jadi anak emang ga berguna banget ya?" ucap Tania lirih.
"Gue cuman nyusahin."
"Gue emang anak pembawa sial"
"Gue gak berguna Sya...." Tania menangis sejadi-jadinya, meracau hingga menjambak rambutnya sendiri.
"Tania! Stop. Lo ga harus kayak gini." Fresya menangkup kedua pipinya agar berhenti melukai dirinya sendiri.
Flashback on
Sesampainya di rumah, seorang gadis berjalan mengendap-endap. Takut jika seseorang menemukan dirinya terlambat sampai rumah. Seandainya ponselnya tadi tidak mati, mungkin ia bisa menghubungi sang ibu terlebih dahulu. Tetapi sebenarnya sama saja sebab, ibunya tidak akan mempercayai dirinya.
Namun sayangnya keberuntungan tidak berpihak dengan dia sekarang. Sebuah vas bunga di ruang tamu terjatuh tersenggol oleh-nya. Sial!
"Anak sialan!" marah wanita yang ternyata adalah ibu kandung Tania.
Derap langkah kaki itu sangat menakutkan Tania. Wanita itu berjalan mendekat dengan kemarahan besarnya. Tak segan-segan ia menarik seluruh ujung rambut putrinya tanpa ada sehelai-pun yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Terbaik
Non-FictionPermainan rasa seperti apa sebenarnya ini? Bagaimana bisa Fresya terus saja terluka saat mencintai cinta pertamanya. Terbesit pada obsesi yang berlebihan membuat langkah maju-mundur disetiap perjalanan cintanya. Pasalnya siapa yang tidak ragu jika s...