Jangan lupa untuk vote, koment dan share ya!
Start baru saja dimulai semoga saja aku bisa mengejarmu sampai dengan garis Finish, tak peduli jika beberapa kali nanti aku akan terjatuh dan bangkit lagi.
~Fresya Gweny Shafira~
"Tania!" suara pekikan itu berasal dari mulut Fresya.
"Bangun ih!"
"Tania.. temenin gue joging ayok!"
Bukannya bangun Tania justru menarik kembali ujung selimutnya dan tak lupa menutupi telinganya dengan bantal karena merasa terganggu oleh ocehan Fresya. Hal itu tentunya membuat Fresya jengkel. Temannya ini selalu saja menolak jika diajak joging dia memilih untuk memanjakan badannya di kasur ketimbang berolahraga pagi.
Dasar pemalas! umpat Fresya.
Gadis itu akhirnya memilih melakukan aktivitas pagi nya sendiri. Dia berlangkah kecil menuruni tangga lalu beranjak menuju dapur untuk mengambil segelas air putih.
Ketika di ruang tamu gadis itu bertemu dengan papahnya yang sedang mengenakan sepatu. Fresya menghampiri pria itu untuk meminta izin keluar dari rumah."Kamu joging sendirian, Sya?"
Gadis itu mengangguk. "Iya, Pah."
"Tania nya ditinggal?"
"Iya. Susah dibangunin dianya, Pah."
Pria itu manggut-manggut mengerti apa yang dimaksud Fresya.
"Yaudah, Fresya duluan ya, Pah."
***
Sambil berlari kecil gadis itu berlari ke arah taman didekat kompleks perumahannya. Gadis itu mengenakan setelan olahraga berwarna abu-abu dengan sepatu Nike berwarna hitam. Tak lupa rambutnya diikat satu agar tidak menggangu aktivitas olahraganya.
Sesampainya di taman. Gadis itu merentangkan kedua tangannya ke udara. Udara pagi ini cukup mendukung untuk berolahraga. Dihirup udara segar pagi hari ini lalu setelahnya ia kembali berlari untuk memutari taman.
Fresya menghentikan langkahnya ketika melihat seseorang diujung sana. Seseorang itu tampaknya tengah melakukan pemanasan. Wajah itu tidak asing lagi bagi Fresya, gadis itupun menghampiri lelaki itu untuk memastikan. Fresya tersenyum manis saat mengetahui bahwa lelaki itu adalah Elvan.
Jodoh emang gak akan kemana.
Elvan hendak saja melangkahkan kakinya sebelum sebuah tangan menghadangnya. Elvan mengernyit heran. Dia melirik sosok dihadapannya dari bawah sampai atas.
"Apa?"
Dia heran kenapa dari hari kemarin selalu saja bertemu dengan gadis itu. Apakah seseorang didepannya ini seorang cenayang yang selalu mengerti dimana letak keberadaannya.
"Gue mau ikut lo olahraga juga! Boleh ya?"
"Nggak."
Tidak ingin ambil pusing Elvan mendahului Fresya dengan berlari kecil meninggalkan gadis itu dengan wajah cengonya. Sadar telah ditinggal jauh Fresya segera menyusul dan menyamakan langkah Elvan.
Dia melirik Elvan berulang kali. Keringat yang membasahi pelipis lelaki itu membuat sudut bibir gadis itu berkedut samar.
Ganteng, ih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Terbaik
Non-FictionPermainan rasa seperti apa sebenarnya ini? Bagaimana bisa Fresya terus saja terluka saat mencintai cinta pertamanya. Terbesit pada obsesi yang berlebihan membuat langkah maju-mundur disetiap perjalanan cintanya. Pasalnya siapa yang tidak ragu jika s...