LT || 35

400 22 5
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya guys!

Perlahan rasa luluh itu mulai kau tunjukkan.

~Fresya Gweny Shafira~

"Lo masih pusing, Tan?"

Cewek yang sedang meletakan kepalanya di atas meja pun menoleh.

"Sedikit, lagi pengin tiduran aja gue. Ini ngga ada tugas apa-apa 'kan?"

Fresya menggeleng. "Belum ada, kayaknya juga guru-guru sibuk nyiapin soal tes."

"Yaudah lo istirahat aja dulu, mau ke UKS lagi aja?"

"Nggak ah, di sana sepi takut gue," tolak Tania.

Fresya melihat seisi kelas. Saat ini suasananya sudah seperti pasar. Membosankan rasanya saat seperti ini, apalagi dia tidak ada teman mengobrol, kedua temannya entah pergi kemana.

Daripada bosan dan tidak melakukan kegiatan apapun akhirnya Fresya memutuskan untuk memainkan ponselnya. Ia menatap ke arah depan ketika dalam hitungan detik suasana kelas tidak seramai tadi. Ternyata saat itu gerombolan geng Rodex masuk ke dalam kelasnya. Fresya memutar bola matanya ketika Gara menatap dirinya, tatapan mata yang seolah mengundang rayuan. Fresya tidak suka dengan hal itu.

"Tumben banget mereka masuk ke kelas, biasanya kalo jam kosong gini juga pergi ke luar."

"Ah, ngapain juga gue mikirin hal yang nggak penting," ucap Fresya segera menepis pikiran yang ada didalam otaknya.

Membuka Line pada ponselnya, senyuman manis itu seketika terukir pada wajah Fresya. Ada satu hal yang membuat dirinya sebahagia ini, melihat pujaan hatinya yang sedang online. Fresya sudah memulai mengetik sesuatu untuk dikirim, namun sebelum itu Aurel dan Frisna datang mengacaukan dirinya.

"Halo cantik!"

Fresya memundurkan wajahnya saat Aurel menoel dagunya. "Apaan si lo."

"Ngambek dia Rel karena kita tinggalin tadi."

"Darimana aja si lo berdua?"

Benda pipih yang berada ditangannya itu terpaksa ia masukkan kembali ke dalam saku. Ia melupakan sesuatu yang baru saja ingin ia lakukan.

"Nih nemenin temen lo yang sekarang bucin."

"Lo habis ketemuan sama Virgi?" tanya Fresya.

Frisna mengangkat bahunya. "Begitulah, bukan ketemuan si ... cuma bisa mantau dia dari kejauhan aja."

"Kenapa si lo pada bucin, dari Frisna terus ke Fresya dan sekarang kayaknya Tania juga." Ia melirik satu temannya yang sekarang sudah terlelap tidur.

"Gue heran deh apa yang lo semua dapetin dari cinta. Kayaknya berurusan soal kesedihan terus kan?"

"Lo belum ngerasain jadi bisa bilang kayak gitu."

"Tapi nyatanya yang gue liat dari lo semua emang kayak gitu, Na."

"Apa yang lo bilang emang nggak salah, Rel. Tentang luka dan kesedihan gue dapetin semua itu saat mengenal cinta. Tapi banyak orang bilang kalau mencintai seseorang itu butuh keberanian, itulah kenapa sampai detik ini gue belum menyerah.  Sebab cinta tanpa adanya keberanian tidak mungkin akan menempuh titik sebuah jawaban yang jelas."

Ruang dan waktu begitu penting dalam proses pendewasaan. Cinta yang benar adanya itu ketika kita mulai beranjak dewasa. Tidak selalu perjalanan dalam menempuh rasa ada bahagianya, pun tidak mungkin terus-menerus mendapatkan luka. Sebenarnya semua itu akan seimbang, akan ada pembelajaran terpenting saat kita menaruh hati pada seseorang. Jika diawal mendapatkan luka bisa jadi kebahagiaan akan datang dalam waktu yang panjang. Percayalah bahwa kunci sabar dalam cinta akan membawa tujuan yang baik kedepannya.

Luka Terbaik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang