Jangan lupa untuk vote dan komen ya guys!
"Setelah berbeda perasaan, apakah kita juga harus berbeda keyakinan?"
~Frisna Izza Afkarin~
Pria bertubuh tinggi itu melepas earphone di telinganya saat seseorang tiba-tiba menyodorkan sebuah buku kepadanya. Pertama ia memandang buku itu kemudian beralih menatap kepada sang pemberi."Nih bukunya, sorry kalo buat lo nunggu lama."
Tangan kanannya mengambil buku dari gadis tersebut. "Engga kok santai aja."
"Lo mau pulang sekarang 'kan?"
Enggak please! Gue masih pengin ngobrol bareng lo.
"Iya." Sayangnya Frisna tidak bisa menuruti tuturan hatinya.
"Bareng gue aja mau?" tawar pria itu yang sepertinya tidak akan ditolak oleh Frisna.
"Emang gapapa ya?" tanyanya pura-pura merasa tidak enak padahal dia sangat mengharapkan.
Virgi tersenyum tipis. "Kan gue yang ngajak lo tadi, ya gapapa lah."
"Eh tapi gue niatnya mau mampir toko buku dulu. Tapi gapapa gue anterin lo pulang dulu habis itu-"
"Gue ikut!" tukasnya cepat.
"Ikut ke toko bukunya?"
Frisna mengangguk mantap. "Yakin?"
"Iya, gue juga sekalian mau cari buku." Itu hanya alasan saja, niat awal gadis itu sebenarnya hanya ingin berlama-lama dengan pria tersebut.
"Yaudah kalo emang lo mau ikut, kita berangkat sekarang."
Gadis itu melebarkan senyumnya. Hal yang selama ini dia pikir hanya akan menjadi sebatas angan, ternyata dengan baik semesta mengatur semuanya agar bisa menjadi sebuah realita.
***
Fresya tidak tahu apakah hal ini memang sebuah keajaiban atau balasan atas semua rasa sabarnya selama ini. Setelah sekian banyak cara yang dia gunakan untuk mencairkan dinding yang telah beku akhirnya Fresya pu bisa sedikit merasakan hasil dari perjuangannya.
Dia mulai mendapatkan respon baik dari pria itu. Bahkan dia sekarang bisa berkomunikasi dengannya melalui akun sosmed walaupun bisa dibilang masih cukup dingin pria itu membalasnya. Tapi setidaknya jauh lebih baik daripada sebelumnya saat semua pesannya hanya dibaca atau malah sama sekali tidak dibuka dan terabaikan.
Fresya
Elvan udah sampai rumah?Elvan
UdahFresya
Udah makan siang?"Lah kenapa pertanyaan gue kayak gini si, ah udahlah gapapa daripada ga chatingan sama sekali," ujar nya yang masih bersantai-santai di atas kasur dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya.
Elvan
UdahFresya menghembuskan napasnya pelan. Memulai chat dengan pria itu membuatnya seolah menjadi seorang wartawan. Selalu dia yang memulai atau mencari topik pembicaraan sedangkan Elvan dia hanya menjawab semua pertanyaan darinya.
Fresya
Lo ga mau tanyain balik ke gue apa?Elvan
Lo udah makan?Fresya berdecak pelan.
Fresya
Kenapa klasik banget si, ga ada niatan tanya hal yang lain gitu? Ah ga kreatif masa ngikutin gue si
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Terbaik
Non-FictionPermainan rasa seperti apa sebenarnya ini? Bagaimana bisa Fresya terus saja terluka saat mencintai cinta pertamanya. Terbesit pada obsesi yang berlebihan membuat langkah maju-mundur disetiap perjalanan cintanya. Pasalnya siapa yang tidak ragu jika s...