I meet her, again.

2.6K 119 1
                                        

Ferly POV

08.00

Kak Zahra calling

Gue antara mimpi atau enggak masih bengong beberapa detik ngelihat layar handphone. Tumben banget Kak Zahra nelfon sepagi ini.

"Fer, lo dimana?"ucap suara dari seberang sana. Ternyata bukan mimpi.

"Masih dirumah, Kak. Baru juga bangun."

"Eh iya lo temenin Luna di RS tempat kakak kerja ya..."

"Luna kenapa kak?"gue refleks langsung motong perkataan Kak Zahra saat mendengar Luna dan RS.

"Bukan Luna tapi Ega. Tadi pagi Mamahnya dia yang minta Luna buat nemenin Ega. Kakak khawatir aja, kakak lebih percaya sama kamu. Jagain Luna ya ntar ruangannya kakak sms."

Tut tut

Nemenin Ega di RS? Permintaan mamanya?

Pernyataan dari Kak Zahra masih terngiang di telinga gue. Kenapa sampai Mamanya Ega yang minta? Apa mamanya bahkan tau kalo Ega suka sama Luna?

Arghhh.

Gue meremas rambut gue dan menggaruknya. Kehabisan akal.

***

12.00

VIP Melati 4

Gue udah ada di lorong VIP dengan ngebawain coklat buat Luna dan makanan buat dia.

Setelah berhibernasi sangat lama untuk mengumpulkan niat kesini. Karena gue tau segalanya mungkin terjadi dan gue harus nyiapin hati gue terlebih dahulu.

Ah itu dia.

Pintu ruangan itu terbuka sedikit dan gue baru saja ingin berucap dan menyapa orang yang ada di dalam. Kaki kananku telah memasuki ruangan sebelum terhenti melihat kejadiaan yang ada di dalam.

Luna menyuapi Ega.

Entah hanya aku atau mungkin bila banyak orang yang ada disini akan tau bahwa mereka menaruh hati satu sama lain.

Gue mundur selangkah demi selangkah dan masih melihat rona merah di pipi Luna saat Ega tersenyum.

Ternyata keputusan gue buat kesini salah.

Langkah demi langkah dan ritmenya berubah menjadi agak cepat. Gue berlari dari lorong itu segera dan nggak tau harus kemana dan kaki gue cuman ngebawa gue ke loteng rumah sakit. Lantai paling atas dan mungkin disana gue bisa bebas.

"Arghhhhhhh..."

Gue teriak dan mungkin nggak ada orang lain yang dengar. Teriakan itu melaju terbawa arus angin.

Tak..

"Awww"sesuatu menyentuh kepala gue. Batu. Ya Tuhan ini siapa yang lempar mau bikin pala gue bocor napa.

Gue lihat disekeliling dan mata gue tertuju pada suatu sosok yang lagi duduk di pojokan. Rambut pendeknya tergerai indah dan dia sedang memainkan kakinya yang menjuntai ke bawah. Dia sama sekali tak merasakan takut kalau-kalau dia jatuh.

"Maksud lo apaan ngelempar batu ginian?"

Gak tau orang lagi kesel malah ditambahin.

"Berisik lo."ucapnya.

Dia hanya menengok dan memicingkan mata. Tapi secara perlahan dia malah mendekat ngelihatin gue.

"Elo?"ucapnya dengan nada tinggi.

Wait. Nggak mungkin dia disini.

"Long time no see hah."ucapnya dan menadahkan tangan.

Gue menjabat tangan itu dan tersenyum. Dan jabatan itu malah disambung dengan pelukan dari dia.

"Gue kangen sama lo. Akhirnya gue ketemu sama lo lagi."ucapnya datar.

Entah kenapa pelukan darinya masih tetap sama. Masih hangat seperti dulu. Dan scene itu terlintas lagi.

"Lo ngapain disini, Del?"ucap gue dan merenggangkan pelukannya dia. Teringat perlakuannya ke gue dulu.

"Nih.."ucapnya dan menunjukkan gelang tanda pasien.

Edelweiss udah lama kita gak ketemu dan sekarang lo malah sakit?

"Mungkin bener kata orang. Tuhan bakalan balas perlakuan jahat orang lain ke kita dan sekarang saat gue divonis sakit gue ketemu elo. Mungkin dosa gue ke elo banyak banget."ucapnya.

Padahal, gue sendiri udah ngelupainnya dan dengan susah payah juga tentunya.

And in this condition. I meet her, again.

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang