Trus kalo Ferly kali ini beneran pergi gue harus gimana?
Gue cuman bolak-balikin buka Biologi di depan gue. Semua materi yang kepingin gue pelajarin pada mantul. Nggak ada satupun yang lengket.
Patience has no limits, human made.
Yah itu benar, jadi kalo beneran dia nggak tahan lagi ama gue. Gue udah keterlaluan? Arghhh
Gue cuman garuk-garuk kepala nggak jelas dan uring-uringan di kasur. Gue berpaling ke handphone gue dan mencari sebuah tanda-tanda kehidupan disitu.
2 detik 5 detik 10 detik
Nggak ada juga. Gue otak-atik dan abaikan tugas. Buka contact name di sono.
Ferly
Telfon nggak telfon nggak telfon?
KlikTut tutt
"Hallo"
Gue terdiam sebentar, itu jelas bukan suara Ferly karena itu suara cewek.
"Eh Lun. Kenapa?"
Ucapnya lagi mungkin baru sadar gue yang nelfon. Yess mungkin sih.
"Ehmm nggak. Ferly mana?"ucap gue blak-blakan.
"Lagi mandi, gue lagi nungguin dia selesai mandi di kamar gue."
What? Mandi? Disono? What theee
"Oh gitu yaudah. Bilangin Ferly gue nelfon."
Tut tutt
Mana bisa kekgini sih? Kok Ferly? Arghhhh fikiran gue udah mulai terasuki fikiran kotor. Astagaaaa tolong gue +.+
Ega calling
"Gue nelfon lu nggak nyambung trus, lu nelfon siapa?"ucap Ega
"Lu pasti tau rumahnya Edelweiss kan? Kita kesono."ucap gue dan menutup telfon.
Krekk
Pintu kamar gue kebuka dan gue noleh. Sosok yang tadi ada di telfon itu bikin gue nganga aje.
"Maksud gue nelfon tadi bilangin gue di depan pintu kamar elu. Kenapa lu mau kesana?"ucap Ega.
"Perasaan gue nggak enak."ucap ku dan menarik lengannya Ega.
Semoga gak ada yang terjadi. Gue tau ini cuman firasat palsu. Tolong untuk kali ini, sekali aja firasat gue salah.

KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE
RomantikSemua orang pasti punya yang namanya teman dekat, sahabat, saudara bahkan orang yang disayang. Di cerita yang kedua ini hanya sebagian kecil dari permasalahan remaja. Hanya cerita tentang cinta yang terungkap dan hanya menjadi sahabat tanpa berusaha...