Last Part

3.3K 76 9
                                    

"Finally, pancake !"ucapku dan mrmbuang jauh-jauh ingatanku tentang Ferly, Vino dan Malaysia.

Ega hanya terdiam di sudut kursi terkadang mengecek handphone lalu mengaduk kopi di depannya. Dia tak pernah seperti ini jika denganku.

"Kenapa?"ucapku.

"Clara kambuh dan mau dibawa ke rumah sakit jiwa."ucapnya

Clara? Ah Istri Vino.

"Trus? Kamu mau nemenin? Gakpapa kok. Aku sendiri bisa aja."

"Gue bakal ngelakuin apapun biar dia bahagia kayak dulu dan gak kayak sekarang. Vino ngilang makanya dia kambuh."

Aku tersedak mendengar kalimat itu.

Dia tidak hilang tapi dia di Malaysia menyusulku, kemarin.

"Kamu sayang banget kayaknya sama Clara. Lebih sayang daripada ke aku?"ucapku bercanda dan mencairkan suasana.

"Tentu."

Lalu aku memotong kembali bagian pancake ku dan dia menyeruput kopi sembari melirik padatnya jalanan Jakarta.

***

"Del, lo siap ngehadepin semua resikonya?"ucap Ferly dengan muka sedih bingung dan kalut.

"Makasih lo tetep nepatin janji lo ke gue."ucap Edelweiss dan mereka berpelukan di dalam taxi.

Apa yang bisa dipegang kalo bukan janji seorang lelaki?

***
"Kamu keliling aja dulu. Aku cari keperluan cewek. Aku gak mungkin bawa kamu.."ucapku dan mengecek tas.

"Aku mau ke toko buku. Hubungi aku meeting pointnya dimana nanti." Ferly berlalu begitu saja dan aku segera melangkahkan kakiku ke cafe dimana semua sudah direncanakan.

***

Kami masih membisu. Ega nampak lain, entah firasatku saja atau itu memang benar.

Tiba-tiba ada tangan yg menyentuh pundakku.

Edelweiss?

"Kau tak mengenaliku? Tentu saja dengan baju ibu hamil seperti ini mana bisa."

Ibu hamil?

"Aku ingin berpamitan kepada Ega. Yang telah menolongku dan sekaligus menjadi sahabatku selama ini. Kau sudah memberitahunya?"ucap Edelweiss angkuh. Aku tak pernah bertemu manisa seangkuh dan sekejam ini dalam sekejab.

"Aku kesini karena aku dan Ega sudah mengaturnya. Flightku 2 jam lagi dan aku sedang menemani Ferly disini. Ah iya, kau tau? Kami bakal flight ke Singapore untuk menemui Ibunya Ferly. Kau tentu bertanya bukan dengan cincin yang ada di jari manisku?"ucap Edelweiss dan memamerkannya.

Wanita jalang !

"Sebentar lagi aku akan jdi nyonya Perdana. Dan baby yang di dalam perut gue juga demikian."

Cukup ! Plakkkk

Tanganku sudah geram mendengar omongannya yang tak masuk akal ! Mana mungkin Ferly.....

"APAAN LO LUN ! Del? Lo gakpapa?"ucap Ferly yang datang entah darimana membuyarkan imaginasi liarku.

"Salah dia Fer masak dia bilang dia bakalan jdi Nyonya Perdana. Gak masuk akal. Gue udh gedeg sama dia. Dia udah ngambil lo dari gue."ucapku begitu saja. Ferly terdiam. Ega pun begitu. Hanya Edelweiss yang tersenyum meringis.

"Itu benar. Dan kami akan pindah ke Aussie"ucap Ferly yang membuatku bungkam seribu bahasa.

"Thx, ga. Udah bikin Ferly balik ke gue dan buat Luna gue serahin ke elo ya. Bye."ucap Edelweiss dan pergi bersama Ferly yang tak menoleh lagi.

"Maafin gue, Lun. Gue lakuin ini ke elo demi Clara."ucap Ega

Plak

"Kenyataannya bener kata Ferly. Cuman dia yang peduli sama gue. Sekarang lo urus aja Clara dan makasih udah ngejauhin Ferly dan bikin gue gini."

***

Sequel Friendzone : Goodbye Lullaby soon.

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang