Mirror

2.2K 123 4
                                    

"Del, baju kaosnya dima..."ucapan gue kepotong saat ngeliat dia udah terlelap gitu aja di kasur. Wajah yang super kelelahan, gue gak setega itu kali buat bangunin dia.

Gue pun dengan keadaan baru selesai mandi dan telanjang dada keburu gak tega ngeliat dia tidur dengan posisi setengah di kasur dan kaki masih nginjek lantai. Gue baikin posisi tidurnya dia.

"Jadi, dugaan gue bener?"ucap satu suara yang mengejutkan gue dan dia udah berdiri di ambang pintu. Gue yang dalam keadaan berdiri kaku menggendong Edelweiss cuman bisa diam dan gak berkutik.

***

"Ini rumahnya."ucap Ega setelah menarik rem tangan mobil.

"Pintunya kebuka dikit tuh lampunya pada nyala. Mending kita langsung masuk. Gue ada feeling buruk."ucap gue tanpa babibu langsung cuss turun dan masuk ke rumah itu.

Samar-samar ada suara langkah kaki dari sebuah kamar di dekat ruang tengah dan gue yakin mereka disana. Gue pun kesana dan mengintip dari pintu yang dibuka seperempat.

Ini cuman ilusi

Berulang kali kata itu gue ucapin dalam hati untuk menyangkal orang yang ada di hadapan gue. Tapi, nyatanya beda ! Gue lihat Ferly yang udah ngelepas bajunya dia dan ngangkat badan Edelweiss ke kasur. Gue nggak masalah mereka mau ngapain tapi ini di depan mata gue.

"Jadi, dugaan gue bener?"dengan suara gemetar gue memberanikan diri untuk bersuara.

Ferly menoleh dan sekarang dia berdiri dengan kaku dan lidah kelu. Dia cuman melongo aja di depan gue.

Hiks

Gue udah terisak ngelihatnya, entah kenapa air mata gue dengan derasnya turun dan pipi gue udah basah. Gue langsung berbalik mengambil langkah seribu dan keluar tanpa menghiraukan Ega yang berdiri di belakang gue.

Dan gue lari keluar, entah sudah berapa jauh dengan rumah Edelweiss. Dada gue sesak, gue sendiri nggak tau apa yang terjadi. Gue udah tersungkur di tengah jalan kompleks yang sunyi, terisak dalam kegelapan. Otak gue dengan sendirinya nge flashback kejadian di mobil saat bibir Ferly menyentuh bibir gue dan dia bilang sayang ke gue. Seketika gue jadi kayak boneka yang dipermainkan. Apa karena gue nolak dianya jadi kekgitu ke gue?

"Kalo lo kayak gini, penyakit gue bisa kambuh. Ngelihat lo gini sakitnya lebih dari sakit yang gue rasain."ucap Ega yang entah sejak kapan udah ada di belakang gue. Dia membalut badan gue pakai jaketnya disusul dengan pelukan hangatnya dia.

"Lo selalu nyelamatin gue, Ga."

"Karena gue sayang sama lo, Lun."

Jawaban yang gak ngagetin gue sama sekali. Dan gue tersenyum dalam bulir air mata yang perlahan mereda.

Makasih, Ga. I love you and him too

FRIENDZONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang