16. Ujian hidup

19 4 0
                                    

Yooo kaw kaw, Welkam bek tu lapak aku 😎

Gamau banyak cincong langsung aja

Happy reading!

***

16. Ujian hidup

Pagi itu matahari tidak seterik pagi pagi lainnya, matahari masih sungkan menunjukkan sinarnya. 

Ketika kelas lain memulai penderitaan mereka, mungkin. Penduduk kelas XII Bahasa I memulai pagi mereka dengan sukacita, iya sukacita. Pelajaran Olahraga, salah satu pelajaran yang di tunggu tunggu hampir semua murid di SMA Penjunjung. 

Setiap pertemuan hanya praktek tidak sampai 20 menit kemudian semuanya di biarkan berolahraga bebas, selama mereka bergerak, Pak Otniel–guru Olahraga mereka tidak akan menegur.  

Para murid laki laki terlihat begitu menikmati permainan mereka, begitu juga para murid perempuan, mereka bermain mainan klasik, saling mengoper bola, yang tentunya disambi dengan memperhatikan para kaum adam di tengah lapangan. Surga banget ga si avvv, tapi kalau di sekolahku engga si :) coganless.

"Leon mana sih,"

"Gausah cari si Leon, yang dua udah ada di situuu!"

"Plis Ben demagenya ga main main."

Ya begitulah sekilas percakapan siswi siswi yang ada di sana. Padahal sudah sekelas tapi mereka masih kurang puas. 

Bukannya fokus melempar bola, salah satu dari mereka malah melemparkan bola itu tanpa melihat ke arah tujuannya. Dan... 

Prak! 

"WOY! BOLA SIAPA NIH?!" 

Refleks mereka yang sedang bermain langsung memusatkan perhatian pada suara nyaring itu. Mereka sangat mengenalnya. 

Retta berdiri sambil berkacak pinggang di depan ruang BK. Bola yang berhasil menjatuhkan tanaman gantung di sebelahnya tadi hampir mendarat di wajahnya.

"SORI RET!" seru salah satu dari mereka.

"SINIIN BOLANYA!" lanjutnya lagi.

"HIDIH OGAH, PUNYA KAKI KAN?" mereka mengangguk, "PUNYA TANGAN JUGA KAN?" mereka kembali mengangguk, "YAUDAH AMBIL SENDIRI SUSAH AMAT." Retta langsung melengos meninggalkan tempatnya.

Mereka yang berada di tengah lapangan kecil malah saling memandang. "Kita ngapain si?" tanya salah satu dari mereka kemudian dibalas gelengan kepala lalu gelak tawa. 

"Yaudah sana ambil bolanya."

Yang terdekat dengan bola langsung berlari kemudian meraih bola dan tidak lupa membereskan kekacauan yang terjadi karena tanah dari pot. 

Gadis dengan kacamata dan gelang berwarna hitam di tangannya itu mengambil sapu yang terletak tak jauh dari sana. Saat kembali ia tak sengaja mendengar suara ember jatuh, sempat teralihkan perhatiannya namun ia kembali mendengar teman temannya memanggil namanya membuatnya langsung bergegas menyapu kemudian kembali ke teman temannya.

"Na." Suara parau milik seseorang terdengar, gadis dengan kacamata juga gelang berwarna hitam itu berbalik. 

"Hah?" jawabnya sambil berbalik, ternyata suara parau itu milik Leon.

Pemuda itu nampak tidak baik baik saja, terlihat dari bibirnya yang pucat juga beberapa lebam di wajahnya. 

"Lo gapapa?" tanya gadis yang di panggil Na, sambil menunjuk ragu luka yang ada di wajah Leon.

"Bilang sama Pak Niel Gue ga ikut OR," balas Leon kemudian berlalu tanpa menunggu jawaban dari gadis di hadapannya.

Anna menujukan pandangannya mengikuti pergerakan Leon. 

KyleonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang