36. Utang Budi

40 1 0
                                    

Hai, selamat hari Senin!

Happy reading!!

***

36. Utang Budi

 Utang Budi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Leon tersentak saat dua orang berkaos hitam mengunci pergerakannya saat ia baru saja keluar dari toko buku. 

Pemuda itu sempat melakukan perlawanan yang berhasil melepaskan dirinya dari kedua orang itu. Namun, salah satu dari mereka lebih dahulu melayangkan pukulan ke belakang kepalanya, membuat ia limbung begitu saja.

Setelah tersadar karena aroma minyak kayu putih yang sejak tadi mengganggu indra penciumannya, Leon langsung di hadapkan dengan Langit— papanya, ia tebak kehadiran papanya di sini adalah untuk bertanya tentang Retta, karena kalau tidak, pria itu tidak mungkin rela meninggalkan tugasnya di Australia.

"Kamu baca itu, lalu tanda tangani," ucap Langit setelah sekertarisnya meletakkan selembar kertas di hadapan Leon.

Tidak memakan waktu lama agar Leon dapat menyimpulkan isi di dalamnya, "Kenapa ini lagi? bukannya Leon sudah bilang kalau butuh waktu?" 

"Sampai kapan? sampai kamu semakin jauh dengan Retta? kamu pikir papa gatau hubungan kalian yang merenggang? Apa yang kurang dari dia? dia udah bantu cukup berani untuk membiarkan Lyodra terus ada dalam hidup kamu—"

"Pa, kenapa Lyodra lagi? dia ga ada hubungannya sama ini semua, dan dia gatau apa-apa. Jadi, stop jadiin Lyodra alasan, sekalipun dia dirawat di bawah pengawasan keluarga Retta."

Tetapi papa menulikan telinganya dan melanjutkan kalimatnya yang sempat terpotong tadi.

"Sabtu kemarin, kamu ninggalin mama dan Retta, itu kemana?" tanya Langit dalam.

Leon menjawab dengan ragu, "Bukan urusan papa."

"Papa tanya sekali lagi," Langit meraih sebuah gelas kaca di atas meja, dan pergerakan itu disadari oleh putranya, "Kamu kemana Sabtu kemarin?" 

Leon belum menjawab, pikirannya dengan cepat teralihkan pada Kyla. Kalau papanya tau kemana dia pergi sore itu, dan tentunya berhubungan dengan kejadian yang menimpa Retta hari ini, pasti Kyla akan berakhir seperti Lyodra.

"KEMANA?!"

Prang!

Gelas kaca yang tadinya tergenggam erat di tangan papa kini hancur, serpihannya pergi ke seluruh penjuru ruangan. Berhasil membuat Leon memalingkan wajahnya menghindari serpihan-serpihan yang tidak terkontrol.

"Kenapa ga jawab papa?!" bentak papa, sedangkan tangannya yang kosong dibiarkan menjerat seragam sekolah milik Leon, membuatnya bangun dari tempatnya dan berhadapan dengan Langit.

"Heh-heh!" papa menepuk pipi Leon dua kali,  memberinya intruksi untuk tersadar dari alam bawah sadarnya, "papa ga pernah ajarin kamu diam kayak gini! jawab!"

KyleonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang