Hai!! Apa kabar??
Udah berapa abad Zii ga update?
Happy reading ya!!
***
44. Kembali Ke Awal
Dua hari setelah tersebar video milik Retta, kondisi sekolah tak kunjung membaik. Walaupun sumbernya sudah di hapus, dan video yang tersebar sudah dibersihkan, tapi rupanya hal itu tidak berhasil mengembalikan situasi ke awal. Berita yang awalnya hanya menjadi obrolan dalam sekolah, kini meluas ke luar, terutama wali murid.
"Ini gara-gara kamu! kalau waktu itu kamu ga mengunggah video milik Retta, hal kayak gini ga akan terjadi!" Hasan Martawangsa, kepala yayasan SMA Penjunjung, mendapati beberapa laporan juga protes dari orang tua wali murid atas keteledorannya. Terutama mereka yang putrinya menjadi korban perundungan yang dilakukan Retta.
Valen memandang ke arah papanya tak percaya, "Valen udah peringatin papa dari lama, terus kenapa sekarang balik nyalahin aku?" balas gadis itu tak terima.
"Seharusnya kamu bisa dong pakai otak kamu! ini sama aja kamu menjatuhkan papa, ga menghargai kerja keras papa selama ini!" Pria itu menatap tajam ke arah putrinya, pikirannya kalut saat ini.
"Pa, jangan terus-terusan nyalahin Valen. Lebih baik papa segera cari jalan keluar, jangan lagi-lagi alihin permasalahan, berhenti bela Retta, dia salah." Vanno ikut menyambung pembicaraan.
Hasan berbalik, mengarahkan dirinya pada putra sulungnya. Pria itu menggelengkan kepalanya frustasi. "Kalian bedua jangan semakin memperkeruh masalah."
"Pa, Vanno bisa bantu," ucap Vanno pelan, kemudian ia itu mengunjukkan layar ponselnya pada papanya, "semua tergantung gimana keputusan papa." Vanno menatap ke arah papanya sendu. Sedang, yang ditatap mengerutkan keningnya, lalu berdecak.
"Nia, tolong buat janji temu dengan pengurus yayasan, besok semuanya harus selesai," suruh Hasan pada sekertarisnya. Pria itu meninggalkan Valen dan Vanno yang masih menyaksikan kepergiannya dengan tatapan bertanya-tanya, pasalnya ia pergi dengan keadaan kalut dan terkesan tergesa.
***
"Yon, lo dari tadi sempet ketemu Vanno ga?" tanya Ben pada Leon. Setelah perdebatan kecil beberapa hari lalu, ketiganya masih dapat berhubungan seperti biasa, mungkin efek terungkapnya kelakuan Retta. Perlahan Ben dapat memahami apa yang tengah terjadi, ia juga mengajak Vanno untuk mengerti.
Leon menggeleng, "Valen juga," ucapnya yang sejak pagi tadi merasa ganjil, karena Kate berjalan di lorong sendiria, tidak seperti hari-hari lainnya.
"Yaudah, ini mau langsung ketemu sama Pak Sebas aja kan? keburu udahan, mumpung ada Retta juga tuh."
Keduanya berjalan menuju ruangan guru botak itu, mengetuk pintu, dan setelah mendapati jawaban dari dalam, barulah mereka masuk.
Leon mengerutkan dahinya kala menemui Gisel juga di dalam ruangan itu. Padahal niatnya dan Ben datang adalah untuk memberikan bukti bahwa gadis itu turut andil dalam aksi perundungan yang Retta lakukan. Namun, rupanya ia masih menggunakan pendengarannya dengan cukup baik sehingga memutuskan untuk datang menghadap Pak Sebas sendiri.
"Bapak sudah mendapat email dari kamu semalam, dan ternyata Gisel dengan kesadaran diri datang sendiri ke sini. Saya ambil flashdisknya aja, sekarang kalian boleh pergi dari sini," ujar Pak Sebas pada Ben.
Tanpa berpikir panjang, Ben langsung menyerahkan flashdisk berisikan rekaman di dalam ruang CCTV.
"Kenapa masih di sini? kalian boleh pergi," ulang Pak Sebas lagi, saat melihat Ben dan Leon masih berdiri di tempat mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kyleon
Teen Fiction[ Update sesuai mood ] "Ada masa lalu yang belum selesai, juga hati dan logika yang tak sinkron." 27-12-20 🌻💛