3. Padam

11.3K 1.4K 379
                                    

ODY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ODY

Sabtu, 3 November 2018 pukul 19.50

"Gue masih gak habis pikir, kok bisa ya?" Pria itu, tungkainya menendang-nendang udara.

Aku menyambutnya dengan tawa mungil, lantas gerakan kakiku mengintil.

"Gue pun gak habis pikir, Do." Pandang mata kulemparkan ke arah pagar seng tinggi yang selalu tertutup--ciri khas dari Bengkel Ketok Magic di seluruh Indonesia. Konon, lempengan seng butut itulah yang menjaga kerahasiaan cara bekerja Ketok Magic yang tidak biasa.

Setelah mengevaluasi kilat kerusakan akibat tabrakan tadi, kami memutuskan untuk membawa mobil kami ke Bengkel Ketok Magic.

Satu, karena dekat. Dua, karena cepat. Tiga, karena ongkosnya lebih bersahabat. Toh, menurut penilaian mataku, kepenyokan mobilku tidak begitu berat.

Sebagai informasi, derajat kepenyokan mobil dinilai tidak parah apabila kerusakannya masih belum melampaui batas elastisitas bodi mobil, artinya kepenyokan hanya berbentuk lengkungan mulus. Sedangkan kepenyokan mobilku sedikit membentuk sudut--yang berarti kerusakannya sedikit melampaui kapasitas elastisitas bodi mobil.

Kini, kami berdua tengah membunuh waktu, menunggu sembari bersantai ria di depan gerobak kue putu.

Ia mengangguk. "Kaki lo kenapa? Sendal lo ke mana?"

Aku menceritakan kejadian hari ini, ia berseri-seri. Aku menambah seporsi kue putu lagi.

"Gue ambilin sendal buat lo ya," tawarnya.

"Gak usah," tolakku. "Gimana caranya? Mobil lo kan di dalem bengkel, bukannya kita gak boleh masuk ya?"

"Tenang aja."

Pria berkaus belang itu--Edo namanya--melesat ke bengkel, kemudian kembali membawakanku sepasang selop warna biru tua.

"Kegedean ya?"

"He eh." Aku mengamati selop yang longgar di kaki.

"Gak papa ya, daripada lo nyeker kan." Edo tersenyum.

Aku tidak membantah.

***

Raden Heraldo Koeswoyo. Setelah satu dasawarsa lewat satu tahun, pria yang pernah membuatku terpesona pada pandangan pertama itu kembali di depan mata.

Pada kitab takdir milik Tuhan, tertulis bahwa kami bertemu di acara Ospek. Kami adalah segerombol mahasiswa baru dengan baju hitam putih yang seragam dan Edo seorang yang pesonanya menghambur tajam.

Tidak ada yang khas dari wajah Edo. Mata bentuk biji almond itu banyak yang punya. Alis lebat yang memayungi tampak biasa. Hidung lengkung mirip paruh burung juga tidak terlalu istimewa. Bibir tipis bersahaja. Rambut sedikit panjang warna hitam, ia gerai apa adanya.

Closing Closure ✔️ | ODYSSEY vol. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang