30. Suram

6.2K 1.1K 410
                                    

DEWA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DEWA

Sabtu, 3 November 2018 pukul 14.26

Hari itu adalah hari yang reguler. Dengan punggung yang ditumpu pada sandaran kursi dan segelas kopi yang terkurung dalam genggaman tangan, pandanganku memantul pada setiap celah suasana. Pertokoan yang padat, lalu lalang manusia dengan bincang-bincang yang mengiringi, dan sebagainya. Tepat di seberang pandang, ada sebuah restoran pizza yang memamerkan bau-bauan dengan jemawa, menggoda perut siapapun yang melewatinya. Hari ini, suasana mall amat ramai. Nahas, aku merasa ramai ini hanya fana, sementara sepi jauh lebih nyata.

Aku benci merasa sendiri, maka aku sering mengasingkan diri di tempat yang padat manusia. Memberi ilusi seolah jiwa ini punya banyak kawannya. Kau tahu? Sepi membuat manusia rentan diganggu pikiran-pikiran yang tidak seharusnya. Aku akan teringat cibiran-cibiran tidak suka dari orang-orang di masa laluku karena aku anak yang nakal. Aku akan terkenang omongan-omongan keluarga besar yang mengataiku sebagai anak pembawa sial. Aku juga akan tersihir dengan mimpi buruk saat saudara kembarku mati di di depan mataku.

Setelah visite dari pagi disambung duduk manis mendengarkan beberapa pasien konsultasi, inginnya aku pulang ke rumah saja. Tapi, di rumahku tidak ada siapa-siapa. Hidupku hanya ditemani seekor kura-kura yang tidak bisa bicara. Maka, membuang-buang jatah menitku di sini terasa sebagai opsi paling bijaksana.

Mataku memutar ke bawah. Aku masih memakai scrubs warna hijau dan sepatu karet. Tidak sempat berganti baju dan alas kaki. Bahkan tidak sempat mandi. Tadi pagi, keranku berulah lagi, tidak mau menyala sama sekali. Biasanya ia tetap mengalir meskipun aliran airnya sekecil tusuk gigi. Aku hampir mau mandi di tempat cuci piring seperti monyet mini. 

Namun, aku urung karena aku terancam kesiangan. Maka, aku memutuskan untuk langsung bergegas ke rumah sakit.

Saat ini, di tengah-tengah kafe di mana aku duduk tanpa teman, aku dengan tidak percaya diri mengendus-endus aroma tubuhku. Khawatir bau tubuhku merusak paru-paru manusia sekitar. Ternyata, tubuhku belum bau sampah. Masih oke lah.

Aku menyugar rambut. Kusulut ujung batang rokok yang sudah terselip di bibir. Setelah beberapa hisapan, kugoyangkan perlahan di atas asbak sehingga abunya berguguran. Kemudian, kusesap cairan kopi yang sudah turun suhunya. Cairan kafein pun terjun bebas menuju lambung. Sejenak, aku menarik napas dan memaksa diri untuk tidak memikirkan apa-apa. Seperti biasa, saat pikiran tentang sunyi mulai menjerat, aku mengalihkannya dengan meninjau ponsel.

--

From: Dewa

Ada kenalan tukang keran gak?

Anjing keran gue rusak

Gue gak mandi ke RS

Closing Closure ✔️ | ODYSSEY vol. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang