26. Selalu

5.5K 1.1K 425
                                    

ODY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ODY

Sabtu, 23 Maret 2019 pukul 20.07

Isi kepalaku bergolak jenuh. Kusetir manik mataku menuju musisi yang tengah berdendang di panggung mungil sudut kafe. Kujinakkan gelenyar rasa tidak mengenakkan yang mampir di dada tatkala Marcell menanyai Edo.

Edo, sahabat yang dulu sempat dekat denganku. Edo yang kembali setelah berpisah ribuan mil dari hadapanku. Edo yang merampas cium dari bibirku. Edo yang meracik musiknya untukku. Edo yang kukira akan membuat cinta berpihak padaku. 

Setelah kuketahui bahwa Agi adalah ayah dari anak yang dikandung teman SMA-ku. Setelah kuterima fakta bahwa Hugo yang kukasihi belum lepas dari jerat masa lalu. Aku berlari pada Edo, berharap dalam teduhnya, aku sirnakan rentetan pilu.

Malam ini, ingatanku kembali terbang pada sosok Edo. Dari sedikit memori yang telah kami untai, ada serangkai memori yang menggangguku tak kunjung usai. Memori saat ponselku berdering di kafe dan Shayla mengira itu ponselnya. Memori saat aku menyadari aku dan Shayla menggunakan ringtone yang sama. Memori saat Edo memeluk Shayla di IGD.

Memori ketika aku sadar, semua ide tentang Edo yang kukira akan menjadi pelabuhan terakhirku, resmi buyar.

Kau tahu, tidak ada yang pernah bisa terbiasa patah hati. Seluruh patah hati terasa sama menyakitkannya seperti pertama kali.

***

Aku tidak tahu Edo menjalin hubungan dengan perempuan selain aku. Aku tidak tahu kami adalah tempat pelarian satu sama lain. Kini, aku merasa konyol bukan main. 

Malam ini, aku duduk di hadapan pemuda yang menyebut dirinya sebagai teman karib Edo. Marcell. Pria berambut ikal itu tengah duduk berhadapan denganku, ekspresi wajahnya tidak dapat kubaca.

Aku tersenyum kecut. "Tentang Edo sama Shayla."

 Mataku menghunjam pada tulang belulang tajam yang menyusun wajahnya, menatap berang. "Jadi, lo udah tahu dari awal?" sinisku.

"Sumpah, gue gak tau, Dy." Lelaki di hadapanku mengacungkan dua jari, membentuk huruf 'V'.

"G-gue gak tau kalau mereka masih," tambah Marcell.

"Jadi, dulu mereka pernah?" Aku mengorek keterangan darinya.

"Edo itu orangnya tertutup banget, Dy. Gue yang hobi gosip aja susah banget ngedapetin hint tentang percintaan dia," kelit Marcell. "Yang jelas, Edo emang setia. Bener kan, gue bilang. Dia setia banget." Mata lelaki itu menyorot polos.

Aku yang tadinya dirundung kecewa karena Marcell tidak mencegahku bersama Edo padahal dia sudah tahu faktanya, kini beralih tertawa sarkastik. "Setia, sih, setia. Tapi jangan setia sama bini orang, dong." 

"Yah, gue gak tau gue mesti ngomong apa." Marcell menutup layar laptopnya. "Lo secinta itu sama Edo, kah?"

"Bukan gitu, sih, Kak." Rahangku bergemelutuk. "Lo masih inget, kan, Kak. Ramalan itu."

Closing Closure ✔️ | ODYSSEY vol. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang