28. Tidak

6K 1.1K 343
                                    

⚠️Triger Warning: Mention of Mental Illness⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️Triger Warning: Mention of Mental Illness⚠️

Mohon bijak dalam berkomentar. Because your words may hurt survivors.

.

.

ODY

Sabtu, 6 April 2019 pukul 23.01

Mataku bertualang di setiap kerut-kerut kemeja putihnya, juga dasi marun yang sudah longgar tergantung di leher. Lengan kemeja itu ia gulung sampai ke siku. Jangan tanya ke mana jas-nya. Jas itu telah bersikeras ia serahkan kepadaku.

"Pakai jas gue, Dy." Pria berusia satu tahun di atasku itu melepas pakaian terluarnya, kemudian mengangsurkannya kepadaku.

"Gak usah," tolakku lekas.

"Baju lo terbuka," tukasnya datar. Telunjuknya mengarah pada bahuku. "Di sini dingin," sambungnya cepat.

Aku tidak menepis lagi. Suhu ruangan ini memang rendah, dingin tak terbantah. Dengan cepat kuraih pakaiannya, dan kukenakan di tubuhku. Bibirku memajang lengkungan. "Thank you, Dewa."

***

"Silakan." Seorang waitress mengantarkan sebuah botol pipih yang dipenuhi likuid warna gelap dan hangat. Setelahnya, waitress tersebut menaruh gelas berukuran sedang berisi cairan hitam pekat dengan busa kecil berkumpulan di tepi. Kemudian sebotol air mineral. Diikuti dengan seporsi chicken wings yang harum serta seporsi nachos yang menggoda.

"Terima kasih," ucapku, dengan senyum lebar terbetik di bibir. 

Waitress tersebut membungkuk hormat, lalu menghilang dari jangkauan mata. 

Jemari Dewa mencomot sebiji nachos dan mencelupkannya ke saus keju. Sementara aku---meski aku yang memesan makanan itu, tidak tertarik sama sekali. Aku segera menuang isi botol pipih itu ke gelas yang lebih kecil. 

Aroma manis madu menyelinap masuk melalui ujung hidung. Harum buah-buahan yang tajam berdansa lembut di lidah. Minuman berwarna deep amber itu menularkan rasa hangat ke rongga leherku.  Selanjutnya, kombinasi rasa yang mencolok tersebut melingkar-lingkar dalam mulut.

Alkohol punya banyak efek. Bagiku, ia adalah pengupas tabir kejujuran. Mengulitiku seperti anak kecil yang hanya dibekali keberanian.

"Gue selalu sedih kalau ngelihat temen lo," cetusku, diiringi tawa sumbar. 

"Agi? Kemarin pas di resor Marcell, lo bilang lo udah move on," celetuk Dewa sambil mengunyah nachos dengan rakus. Jarinya belepotan bumbu.

"Iya Agi." Aku mengangguk sedih. "Bukan masalah move on atau enggaknya. Tapi, gue jadi keinget sesuatu."

"Apa?"

Closing Closure ✔️ | ODYSSEY vol. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang