20. Serpihan

5.8K 1K 228
                                    

ODY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ODY

Minggu, 3 Februari 2019

Hidup Marcell adalah hidup yang didambakan oleh orang kebanyakan.

Ia tinggal di rumah megah dengan halaman seluas mata memandang. Dilengkapi kendaraan-kendaraan berharga fantastis. Area menakjubkan ini dimeriahkan oleh berbagai fasilitas yang oke. Ditambah eksistensi puluhan pelayan pribadi. 

Pekerjaannya meneruskan usaha keluarga yang sudah mapan. Bahkan, di beberapa perusahaan, seorang Marcell tinggal menaruh nama dan membubuhkan tanda tangan persetujuan untuk mendapatkan cuan.

Pekerjaan utama yang dinikmati Marcell adalah modelling–dulu, semasa masih muda, party–bersama Dewa, Agi, dan Yudhis, bernyanyi di kafe-kafe untuk mengais uang receh, dan merayu para wanita.

Jangan bilang-bilang kalau aku bilang begini tentang Marcell. Pasti dia akan menjitak ubun-ubunku dan berkata bahwa Marcell tengah getol-getolnya mengurus resor keluarga yang nyaris rubuh itu.

"Heh, sama resor di NTB itu gue yang bangun, ya!" sanggah Marcell tak terima, ketika aku mengolok aktivitasnya yang didominasi haha hihi ala anak konglomerat.

Oh, iya. Resor di NTB itu, yang dibangun oleh Misael Laksono Architect–-firma arsitektur milik ayahnya Hugo.

"Resor yang di Ujung Genteng itu bukan reyot, jir! Dia secara estetika mengusung konsep jadul. Itu aja," kelitnya. "Dan itu bukan mau roboh, ya! Lo nya aja yang gak ngerti arsitektur!"

"Halah," tawaku menggelegar. Marcell mungkin bukan yang paling cerdas di antara MAYO, tapi, dia yang paling jago berkelit.

"Itu resor emang sudah tidak profitable secara bisnis, tapi, gue pertahankan, karena gue mau memakmurkan ekonomi sekitar!" pamer Marcell dengan gaya selangit. "Lo tahu, kalau bukan berkat pengusaha kayak gue–"

"Bacot, Kak," pungkasku sebelum kesombongan Marcell membuat gendang telingaku meletus. "Lanjut bahas MoU, gak?"

Tujuan utamaku bertandang ke sini adalah, ingin membahas MoU–Memorandum of Understanding–antara bisnisku dan Marcell. Aku yang berbisnis toiletries ini rencananya akan memasok produk-produkku sebagai produk toiletries di perhotelan milik Marcell. Ke depannya, Pulau Nama akan menjadi official product yang akan didapat para tamu Hebras Resort.

"Lanjut," tukas Marcell dengan residu cengiran di bibirnya. "Tadi, gue pihak pertama, lo pihak kedua, ya?"

"Nah, kan. Begituan aja masih ketuker," cibirku sebal. "Pulau Nama pihak pertama. Hebras Resort pihak kedua. Gue cubit juga, lo, Kak."

"Wusss, jangan, dong. Awas jangan cubit-cubit! Yang dicubit kulit, eh di hati ikut tumbuh bibit-bibit."

"Kak Marcell ..." Mataku mendelik jengkel.

Closing Closure ✔️ | ODYSSEY vol. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang