7. Kecewamu

7K 1.1K 636
                                    

DEWA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DEWA

Sabtu, 15 Desember 2018 pukul 23.01

Dari semua mobil di area Parkir Dokter, mobil gempal warna kuning itu yang selalu menarik perhatianku.

Pertama, karena warnanya kuning terang, terlihat begitu mencolok di antara mobil dokter lain yang umumnya berwarna hitam.

Kedua, karena parkirnya sembarangan. Entah miring, melanggar garis marka parkir, dan sebagainya. Intinya, bikin emosi.

Aku tidak pernah tahu mobil itu milik siapa. Yang jelas, tadi saat aku kembali ke rumah sakit, tempat parkir dokter yang kosong hanyalah di sebelah mobil kuning tersebut–yang lagi-lagi, posisinya sungguh begajulan. Fortuner VRZ milikku yang bodinya bongsor ini jadi butuh effort lebih saat parkir tadi. Luar biasa, mobil kuning ini sepertinya kiriman Tuhan untuk melatih kesabaran.

Malam ini, aku baru saja selesai menangani kasus emergensi caesarian section perimortem–operasi caesar yang dilaksanakan dalam keadaan emergensi, di mana sang ibu berada dalam kondisi yang dilakukan pada atau mendekati kematian. Tepat saat ini, saat hujan turun begitu deras dan petir menghantam begitu keras, aku tahu siapa pemilik mobil kuning yang kerap kumaki-maki dalam hati.

Dokter Dhanti.

***

Kusaksikan Dokter Bedah senior sekaligus konsulen–dosen pembimbing–itu sedang menabok-nabok kap mobil dengan frustasi.

"Nyala dong, nyala," ujar Dokter Dhanti dengan nada separuh putus asa.

Aku cukup segan dengan Dokter Dhanti, karena beliau terkenal sangat galak dan sempat menghukumku karena tidur saat lecture. Selain itu, Dokter Dhanti juga ibunya Ody. Ody itu mantan kekasihnya Agi. Agi itu temanku.

Saat Agi berselingkuh, aku turut menyembunyikannya–tidak berpikir bahwa dampaknya sedemikian besarnya. Aku jadi merasa bersalah dengan Ody, juga pada Dokter Dhanti–karena saat Dokter Dhanti mengetahui putri semata wayangnya disakiti, wajahnya tampak terpukul sekali.

Inginnya aku menghindar. Namun, bagaimana caranya? Kan, mobilku diparkir tepat di sebelah mobil beliau.

"Permisi, Dokter." 

Tuh kan, bukannya pura-pura tidak kenal atau pura-pura tidak lihat sekalian, aku malah menyapa Dokter Dhanti.

Dokter senior berambut sebahu itu mendelik jutek. "Lah? Kamu? Ngapain kamu di sini?"

DHUAARRRR. Petir menyambar. Aku jadi kaget sendiri.

"Eh, uhm, eh k-ke-kerja." 

Hahaha, bingung aku harus menjawab apa. Di rumah sakit ini, aku baru praktek kurang dari sebulan. Wajar jika banyak yang belum mengenaliku.

"Kerja? Jadi apa? Dokter?" Dokter Dhanti mengerutkan alisnya.

Enggak, Dok. Saya dukun beranak. "Iya, Dok. Saya baru beberapa minggu praktek di sini."

Closing Closure ✔️ | ODYSSEY vol. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang