21. Dendam

5.7K 1K 208
                                    

DEWA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DEWA

Jumat, 8 Februari 2019 pukul 21.35

Akhirnya, party yok yang telah lama direncanakan, terealisasi juga. Aku bersama Yudhis dan Marcell, menyambangi salah satu kelab malam paling populer di bilangan Senopati, tanpa Agi.

Di hadapanku, Yudhis, si Residen Anak–tampak waswas–karena kapan saja bisa ditelepon seniornya untuk memenuhi panggilan darurat rumah sakit. Sementara Marcell, si anak konglomerat–tampak siap menraktir kami apapun. Jangankan open bottle atau open table, kawanku yang satu ini sepertinya mampu memborong saham mayoritas kelab malam yang sedang kami kunjungi.

Ceiling kelab malam yang tinggi dihiasi ornamen berupa lampu berbentuk kotak-kotak. Sinar-sinarnya yang berwarna ungu terang berlarian di sepanjang ruangan. Bohong kalau aku bilang aku tidak pusing dibuatnya. Herannya, sekalipun pusing, aku selalu kembali ke tempat macam ini setiap ingin melepas kepenatan.

***

"Lo mau gue kenalin sama cewek gak, De?" tawar Marcell dengan suara setengah berteriak–akibat suasana bising di sini. Ia jadi terdengar tujuh kali lipat lebih nyolot dari biasanya.

"Gue ada nih cewek. Cantik, baik, berkualitas, seksi lagi. Beuuuh." Marcell memasang senyum mesum. "Berminat, gak?"

"Gak," tolakku cepat. "Lo nawarin cewek kayak nawarin barang dagangan aja."

"Wuidih, bukan main. Nyesel deh kalo nolak. Oke punya nih," lanjut Marcell berapi-api.

"Kalau oke, ya udah buat lo aja!" sinisku.

"Gak lah. Cewek yang satu ini fix paling cocok buat lo. Masak mau gue kasih ke Yudhis?" Marcell menyiku Yudhis. "Dhis, Dhis, minat nambah istri? Tuh kan, dia gak mau!"

Aku melotot. Marcell memang gak tahu diri. Bisa-bisanya ia menawarkan cewek kenalannya pada pria beristri.

"Masak mau gue kasih ke Agi? Dia kan habis ngebuntingin cewek. Gileee Agi, diam-diam menghanyutkan! Kecil-kecil bikin hamil!" celoteh Marcell tanpa empati. Padahal Agi masih dalam suasana berkabung kini.

Yudhis menyahut tanpa minat. "Kecil gimana maksudnya? Dia udah gede kali."

Jelas sudah gede. Agi kan seumuran kami, sudah lewat tiga puluh. Kecil dari mana?

"Itunya emang gede." Marcell memajang raut serius. "Tapi kan dia tampangnya masih kecil banget, ya kan? Inget gak, dulu pas kuliah, si Agi pernah kena palak bocah SD?"

"Itunya apa?" Aku salah fokus.

"Itu loh, tit--"

"Oke, oke." Aku angkat tangan, jangan sampai Si Bodoh ini kelepasan melanjutkan. Malu bertanya, sesat di jalan. Namun, jika harus bertanya pada Marcell, aku memilih tersesat sekalian.

Closing Closure ✔️ | ODYSSEY vol. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang