35. Takdir

6.1K 1.1K 444
                                    

Siapin mental sebelum baca ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapin mental sebelum baca ini.

.

.

DEWA

Minggu, 21 April 2019 pukul 19.31

Tidak perlu IQ di atas 170 untuk mengenali siapa-siapa muse di balik tokoh-tokoh dalam Morphy The Werewolf Fairy. Peri uang adalah Marcell. Peri anak-anak adalah Yudhis. Peri kesehatan adalah Agi. Peri bersayap ungu, yang punya gangguan suasana hati dan hidup sendirian dengan kura-kuranya adalah aku.

Peri yang luwes bergaul itu dinamai seperti nama kura-kuraku. Bulan biru yang muncul di langit adalah simbol transisi perubahan suasana hati dari mania menuju depresi. Tubuh peri yang berubah menjadi serigala menyeramkan ialah representasi masa kelam dari seorang penderita gangguan mental. Saat-saat merasa tidak berdaya, buruk rupa, tidak layak dicinta, dan ingin menyendiri saja.

Sudah jelas. Sangat jelas. Morphy The Werewolf Fairy adalah cerita tentang aku.

"Enggak. Kenapa kamu mikir gitu?" sanggah Tania sambil membuang muka. Aku menangkap kerut di antara kedua alisnya dan bibir yang setengah terbuka. 

Aku menghembuskan sekepal udara dari mulut. "Masih berani ngelak, Tania?"

"Apa, sih?! Kamu ngajak aku ke sini cuma buat berantem?" Tania berbalik.

Empat jariku menahan bahunya. Mataku nyalang. "Aku nanya baik-baik, kenapa kamu selalu mikir ke arah sana?"

"Ya udah. Gak usah dibahas lagi. Aku mau balik ke dalam." Perempuan itu memutar tubuhnya lagi.

Dan aku mencekal bahunya lagi. "Hei, Tania. Aku belum selesai ngomong."

Ia mendecak kesal. "Apa? Film itu? Tentang kamu? Tau dari mana, kamu? Kamu aja gak nonton filmnya sampai habis."

Nada suaraku memanjat puncak. "Buat apa aku tonton sampai habis? Aku tonton sekilas aja udah tau kok kalau itu tentang aku!"

Tania melipat tangan di dada. Ia tersenyum miring. Sinar matanya menantang. "Oh ya?"

"Kamu ini tinggal bilang iya, apa susahnya?" Detak jantungku menggema sampai kepala. "Itu jelas-jelas tentang aku. Tentang penyakit aku. Tentang teman-temanku. Kamu pun pakai nama peliharaanku. Dan yang bikin filmnya kan kamu. Masih mau ngeyel?"

Perempuan itu menggeram. Dengan satu tangan, ia meloloskan rambutnya dari kunciran. Rambut panjang itu berkibar ditiup angin. "Oke. Terus kalau aku bilang iya, kamu mau bilang apa?"

Gelombang emosi mendebur ragaku keras-keras. "Ya aku gak suka, Tania!" bentakku, menusuk heningnya malam.

Rahang Tania jatuh. Matanya melebar. Aku tahu Tania terkejut. Namun, tiga detik kemudian, ia mendecih. "Gak suka?" ulangnya dengan intonasi meremehkan.

Closing Closure ✔️ | ODYSSEY vol. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang