36. Kelam

6.4K 1.1K 396
                                    

Tarik napas dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tarik napas dulu.

.

.

DEWA

Sabtu, 4 Mei 2019 pukul 10:00

Mata membuka celah, membuat serombong sinar ramai-ramai menghajar retina. Terang dan menyilaukan, putih dan menyakitkan. Organ di dalam kepalaku bergolak, kesulitan mencerna tempat polos ini. Tulangku bergemeratak, bagai sudah sangat lama tidak bergerak. Bahuku berat dan nyeri. Anggota gerakku selembek jeli. Punggungku melekat pada kasur yang sama sekali asing. Kepalaku berdenyut. Aku tidak ingat bagaimana dan mengapa aku bisa terbangun di tempat ini. Mungkin, aku mati dalam tidurku dan aku sudah sampai di surga.

Netraku berkeliling. Tidak ada tembok berlapis permata yaspis, hanya ada dinding kosong dengan tirai biru tipis. Tidak pula jalan-jalan dari emas murni, hanya petak-petak tegel biasa yang mengilap. Ah, sudah jelas ini bukan kota kudus yang digambarkan di dalam alkitab. Lagipula, masak iya pendosa seperti aku dengan mudahnya masuk surga?

Tempat ini sepi, hanya ada aku sendiri---kupikir begitu, sampai sosok seorang perempuan muncul di pandanganku. Saat matanya bertemu mataku, ia sontak membelalak. Mulutnya membuka, telapak tangannya ia tempelkan di sana. Gadis itu membeku sejenak, sebelum ia meloncat seraya membentuk simbol hati di atas kepala. "Morning, sunshine!"

Kakinya memperpendek jarak. "Lo tau, lo udah tidur berapa lama? Lo masih inget, gak, siapa presiden yang terakhir berkuasa, sebelum lo kebangun sekarang?"

Apakah aku baru dinobatkan menjadi anggota kedelapan dari The Seven Sleepers? Itu adalah cerita tentang tujuh pemuda yang melarikan diri dari kezaliman Raja Dikyanus. Mereka tertidur selama ratusan tahun di sebuah goa dan terbangun di zaman Raja Theodosius.

"Bercanda. Presiden kita masih Pak Jokowi." Mulut gadis itu terbuka selebar sumur, lalu gelak tawa keras menyembur dari sana. "Lo kecelakaan bulan April dan sekarang udah bulan Mei. Lo koma selama dua belas hari, baru kebangun kemarin dan hari ini, dini hari tadi, lo dipindah ke ruang rawat inap."

Ia terus memaparkan. "Iya, lo kecelakaan. Mobil lo ditabrak truk, terus terbang beberapa meter ke pinggir jalan. Lo pingsan, ditolong orang, dibawa ambulan, dan end up di ICU."

Otomatis, otakku mengais puing memori. Ah, malam itu. Hanya pendek saja yang direkam dalam ingatanku. Saat aku memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi dan mobilku dihantam begitu kuatnya. Aku terpental-pental, miskin daya. Lebih dari itu, aku tidak ingat apa-apa. Ternyata, malam itu berlangsung sangat panjang dan tanpa aku sadari, aku menghabiskan waktu dua belas hari tidak sadarkan diri.

"Lo di rumah sakit, sekarang," jelasnya. Pandanganku mengedar. Benar, aku sedang di sebuah kamar rumah sakit. Semuanya dominan putih. Ada sebatang tipis abbocath yang menancap di vena metacarpal dorsalis. Labu infus berlogo merah dengan isi tiga perempat penuh. Bau zat kimia sintetis berseliweran di indera penciuman.

Closing Closure ✔️ | ODYSSEY vol. 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang