Sembilan

45 28 13
                                    

Selamat membaca !!
Semoga suka hehe ✌

==============================

Kau meninggalkanku, disaat aku berada di titik terendah dalam hidupku.

÷÷÷÷

Saat ini, Fawnia sedang bersiap siap untuk menuju kafe. Hari ini menjadi jadwalnya untuk bernyanyi di kafe milik Zahra. Sambil menyisir rambutnya, Fawnia bernyanyi mengeluarkan suara merdunya dengan nada nada sederhana. Saat sudah merasa cukup rapi, ia segera mengambil tas slempang miliknya lalu pergi berjalan menuju keluar.

Jadwal Fawnia hari ini tidak terlalu padat, ia hanya akan bernyanyi di kafe, lalu pergi mengajar les. Ia sedang tidak ingin berkonsultasi dengan Dokter Dian, mungkin ia akan berkonsultasi pada esok hari.

Saat sedang berjalan sendirian, seseorang dengan sengaja menghalangi jalannya. Orang itu terus menatap ke arah Fawnia, wajah dari orang yang berada di depannya sangat tidak asing, ia seperti mengenali laki laki ini, namun ia tidak tahu siapa orang itu.

"Fawnia?" tanya pria itu sambil memperhatikan wajah milik Fawnia. "Kamu beneran Fawnia kan?" tanyanya sekali lagi.

Fawnia mengerutkan keningnya, ia merasa bingung dengan orang ini, namun tetap ia jawab pertanyaan dari orang tersebut.

"Iya, saya Fawnia. Kamu siapa ya?" tanya Fawnia bingung.

"Ini aku Arga, sahabat kamu waktu kita kecil," ucap laki laki itu sambil memperlihatkan senyum manis miliknya, saat tersenyum lesung pipi milik laki laki itu terlihat jelas. Ia sangat senang, akhirnya ia dapat kembali bertemu dengan Fawnia.

Fawnia yang mendengar nama laki laki itu disebut seketika menjadi diam, tatapannya terus tertuju kearah Arga. Ingatan ingatan tentang masa lalunya seketika muncul memenuhi isi kepalanya. Ingatan tentang peristiwa kematian neneknya, serta ingatan tentang Arga yang pergi meninggalkan dirinya.

Fawnia menggelengkan kepalanya, mencoba untuk tidak percaya. Namun ia gagal, seketika Fawnia berjongkok menutup kedua telinganya, serta terus menggelengkan kepalanya, ia terus saja berteriak, serta menangis sekuat mungkin. Sesekali ia juga memukul kepalanya, mencoba untuk menghilangkan ingatan ingatan itu.

Arga bingung dengan apa yang sedang dilakukan oleh Fawnia, ia kini ikut berjongkok, ia lantas langsung memeluk tubuh Fawnia, tangan sebelahnya ia gunakan untuk menghalangi tangan Fawnia yang terus saja memukul kepalanya itu.

Fawnia terus saja menangis, namun baru beberapa menit ia dipeluk oleh Arga. Fawnia langsung saja mendorong tubuh Arga agar menjauh darinya, membiarkan Arga terjatuh ketanah.

"PERGI LO DARI SINIIIII!!!" ucap Fawnia sambil berteriak. Kini mereka berdua menjadi pusat perhatian, namun tidak ada satu orang pun yang peduli, mereka menganggap bahwa Fawnia dan Arga hanya sepasang kekasih yang sedang bertengkar.

"Kamu kenapa Faw?" tanya Arga bingung.

"Lo tanya gue kenapa, HAH?! LO JAHAT GA. LO PERGI DISAAT GUE BUTUH LO!" ucap Fawnia sambil berteriak, ia terus menahan tangisannya tapi ia gagal, air matanya terus saja yang turun, mengalir jatuh.

Arga hanya terdiam, ia tidak tahu harus bagaimana. Ia tau ia memang bersalah karna sudah pergi meninggalkan gadis itu tanpa memberi tahunya.

"Lo ninggalin gue ga, lo jahat ga. LO JAHATTTTTTT!!!" setelah mengucapkan itu Fawnia langsung berlari menuju rumahnya. Ia tidak peduli dengan jadwal jadwal yang ada pada hari ini. Ia ingin sendiri saat ini, ia juga membutuhkan obat penenang yang ada di rumahnya. Ia butuh obat itu saat ini, pikirannya sudah benar benar kacau.

Arga yang melihat Fawnia sudah berlari jauh, langsung mengejar Fawnia. Ia ingin meminta maaf atas kesalahannya saat itu. Ia ingin kembali bisa bersama Fawnia.

÷÷÷÷

Fawnia yang kini sudah berada di rumahnya dengan cepat pergi ke kamar miliknya, mengambil obat penenang miliknya itu. Keringat serta air mata terus turun berjatuhan. Saat sudah lebih tenang dari sebelumnya, Fawnia membuka tas miliknya memcari handphonenya lalu menghubungi seseorang, hanya menunggu beberapa detik, sambungan telepon itu sudah terhubung.

"Halo, kenapa Faw?"

"Kerumah gue sekarang, gue butuh teman," ucap Fawnia sambil menatap gelas kaca miliknya.

"Lo kenapa?! Gue otw kesana."

Fawnia tidak membalas ucapan orang itu, ia langsung memutus sambungan telepon itu.

==============================

Terimakasii sudah membaca Semoga suka yaa😊

ABANDONMENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang