Dua Puluh Tiga

18 9 0
                                    

Selamat membaca !!
Semoga suka hehe ✌

==============================

"Faw!!" panggil Zahra yang kini berada diruang tamu rumah Fawnia bersama Arga.

Fawnia menoleh, melihat kearah Zahra. Arga pun ikut menatap Zahra.

"Kenapa?" tanya Fawnia. Jika sedang makan, Zahra jarang mengajak seseorang berbicara, kecuali saat ingin mengatakan hal penting.

"Kemarin ketemu Dokter Dian kan?" tanya Zahra.

Fawnia menganggukan kepalanya, mengiyakan pertanyaan Zahra.

"Dokter Dian siapa?" tanya Arga yang bingung.

"Dokter Psikiaternya Fawnia," ucap Zahra santai. Arga yang mendengar kata Psikiater, langsung menatap Fawnia kaget.

"Ngapain ke Psikiater? Kamu sakit?" tanya Arga tak santai, wajahnya terlihat sangat khawatir.

Fawnia hampir tertawaelihat wajah Arga yang seperti ini. Mati matian ia tahan tawanya, tapi Zahra dengan santainya tertawa ngakak.

"Pfftt.. bwuhahaha... tampang lo, Ga. Sumpah ngakak banget. Santai aja kalii," tawa Zahra dengan keras.

Arga yang khawatir, langsung merubah ekspresi wajahnya. Menjitak kepala Zahra yang masih tertawa. "Biasa aja bu, ngakaknya."

"Aww.. sakit bego. Maaf deh maaf, lagian ekspresi lo gitu amat."

"Gue ga sakit ko, Ga. Gue ga kenapa kenapa," kata Fawnia yang akhirnya bisa menahan tawanya.

Arga kembali menatap Fawnia, menatap wajah serius wanita itu. "Terus ngapain ke psikiater?" tanyanya ulang.

Fawnia kemudian meceritakan alasannya dan awal mula kenapa ia bisa bertemu Dokter Dian.

"Awalnya gue emang gamau ketemu Dokter Dian. Ya, soalnya gue ngerasa gue ga kenapa kenapa. Gue ga sakit mental, gue baik baik aja. Tapi nyokap Zahra, nyuruh gue buat ketemu Dokter Dian dan pas waktu itu juga gue lagi butuh temen cerita."

"Terus sekarang gimana? Kamu yakin, kamu baik baik aja?" Pertanyaan Arga adalah pertanyaan yang selalu ingin Zahra tanyakan, ia ingin tau apa Fawnia masih menganggap dirinya baik baik saja, karna menurutnya Fawnia tidak pernah baik baik saja.

"Ga! Gue baik baik aja, gue ga kenapa kenapa. Kalau gue sakit, Dokter Dian udah pasti ngasih tau. Tapi selama ini dia ga pernah tuh bilang gue sakit, atau ngasih tau ada apa sama gue. Itu artinya gue baik baik aja kan."

"Faw-"

Zahra ingin bersuara tapi Fawnia langsung memotong ucapan gadis itu. "Ra. Gue baik, gue ga sakit. Gue cuma belum bisa ngontrol emosi gue aja, udah itu aja."

Fawnia meminum habis air minum yang berada disebelahnya. Sejak dulu Fawnia sangat tidak suka dengar pertanyaan "kamu gapapa? kamu baik baik aja?". Baginya pertanyaan itu tidak lah penting, karna ia selalu beranggapan bahwa dirinya baik baik saja dan akan selalu baik baik saja. Ia hanya belum bisa mengontrol emosinya, dan melupakan tentang masa lalunya.

÷÷÷÷

Arga dan Zahra sudah pulang dari rumah Fawnia. Fawnia duduk duduk di sofa yang membelakagi sebuah jendela. Fawnia menatap luar yang cerah. Pertanyan Arga tentang ia baik baik saja itu kembali terputar di ingatannya, pertanyaan yang sama dengan Dokter Dian kemarin.

"Apa Faw bisa buat lupain semuanya Dok?" tanya Fawnia pada Dokter Dian.

"Kamu ga perlu ngelupain masa lalu kamu, kamu hanya perlu untuk ikhlasin setiap hal yang sudah terjadi."

"Fawnia. Semua orang punya hal yang ingin mereka lupakan, tapi semakin mereka berusaha untuk lupa, semakin kuat hal itu di ingatan mereka."

"Apa ingatan tentang keluarga yang buat kamu tidak baik baik saja selama ini?" tanya Dokter Dian.

Fawnia diam beberapa saat, mengalihkan pandangannya keraha rak buku yang berada disudur ruangan.

==============================

==============================

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Fawnia-

÷÷÷÷÷÷÷

Terimakasii sudah membaca Semoga suka yaa 😊

ABANDONMENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang