Tiga Puluh Empat

20 8 6
                                    

Selamat membaca !!
Semoga suka hehe ✌

==============================

"Kamu mau jadi pacar aku?" tanya Arga pada Fawnia. Fawnia terkejut dengan perkataan Arga. Ia tidak tau harus berbuat apa, ia bingung harus menjawab apa.

Fawnia menunduk, mengembalikan buket bunga mawar itu pada Arga. "Maaf, Ga. Aku gabisa, aku gamau punya hubungan sebelum aku bisa jadi lebih baik, dan kesehatan mental aku lebih baik," jawab Fawnia dengan rasa tidak enak hati. Ia takut ucapannya ini melukai perasaan Arga.

Arga tersenyum, mengelus rambut panjang Fawnia. "Gapapa. Nanti kalau udah mau punya hubungan sama seseorang, bilang aku ya. Biar nanti langsung aku ajak nikah," balas Arga dengan sedikit tertawa di akhir kalimatnya.

Ia sudah siap dengan apapun jawaban Fawnia, karna itu jika jawaban Fawnia tidak sesuai dengan harapannya, bukan masalah besar bagi hatinya.

Fawnia masih menunduk, rasa tidak enak, dan canggung itu tidak bisa ia hindari.

Perlahan Arga mengangkat dagu Fawnia, agar gadis itu tidak menunduk lagi. "Ga perlu ngerasa ga enak gitu. Lagian aku ditolak kamu gini bukan pertama kalinya kan," kata Arga.

Fawnia mengangkat kepalanya, benar apa yang dikata kan Arga. Hal seperti ini bukanlah hal pertama kalinya, sejujurnya Arga sudah beberapa kali menembak Fawnia saat mereka masih menjadi murid di sekolah dasar/sd. Dan lokasinya pun masih sama, taman bermain ini.

Fawnia memeluk erat Arga, ia menangis, karna rasa tidak enak pada Arga itu semakin memuncak. Ia benar benar tidak berani menatap Arga.

Zahra berlari dari belakang. Ia menatap kedua manusia yang tengah berpelukan ini. "Peje dong... kan udah jadian, ayoo makan makan kita!!"

"Belum jadi, Ra. Temen lo nih belum siap," kata Arga memberitahukan.

"Lah... terus kenapa pelukan?" tanya Zahra yang tidak paham, katanya mereka tidak jadian lantas kenapa harus berpelukan?.

"Lagi malu anaknya."

Arga mengajak Fawnia untuk berjalan meninggalkan taman ini, sudah malam dan udara sangat dingin, ia tidak ingin Fawnia masuk angin karna dirinya. Zahra yang ditinggal begitu saja langsung mengejar kedua manusia itu.

÷÷÷÷

Sudah beberapa hari berlalu semenjak kejadian malam itu. Fawnia masih canggung berada di dekat Arga, sedangkan Arga, pria itu seolah lupa dengan penolakan Fawnia waktu itu.

"Ga.." panggil Fawnia.

Arga menoleh, menatap mata Fawnia. "Kenapa Ni?" tanyanya.

"Gajadi.." balas Fawnia, ia tidak tau harus bagaimana agar rasa canggung ini memghilang.

"Bilang aja, Ni. Kamu mau ngomong apa?" tanya Arga sekali lagi.

"Aku gatau gimana caranya biar ga ngerasa canggung didekat kamu," jawab Fawnia dengan cepat. Ucapan gadis itu sudah seperti ngerapp saking cepatnya.

Arga menarik kedua pipi Fawnia. "Kan udah aku bilang, ga usah dipikirin lagi. Ntar sakit, mikirin itu mulu."

Zahra berjalan mendekati mereka, saat sampai Zahra langsung merangkul kedua orang itu, dan membisikan sesuatu.

"Pacarannya nanti dulu ya!! Sekarang kerja dulu, lagi banyak pembeli ini," kata Zahra dengan suara pelan.

Fawnia dan Arga langsung berlari menuju tempat masing masing. Fawnia menuju belakang untuk membantu menyiapkan pesanan, dan Arga menuju panggung tempat biasanya Fawnia bernyanyi. Sudah beberapa hari Arga mulai bekerja di kafe milik Zahra ini untuk menjadi penyanyi kafe. Ia hanya menggantikan Fawnia disaat gadis itu tidak bernyanyi. Zahra tersenyum melihat dua manusia bucin itu akhirnya bekerja.

==============================

Terimakasii sudah membaca Semoga suka yaa 😊

ABANDONMENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang