Empat Belas

28 19 12
                                    

Selamat membaca !!
Semoga suka hehe ✌

==============================
"Semua kelabu, separuh warna dalam hidupku, menghilang bersamaan dengan kepergianmu."

++++

Fawnia masih terus menangis, memanggil manggil mamanya, agar kembali kerumah neneknya untuk menjemput dirinya. Sejak tadi gadis kecil itu terus menangis dan berteriak, karna menangis terlalu lama, suhu tubuhnya menjadi naik. Fawnia sudah tertidur lagi dengan keadaan demam. Fawnia mengigau, ia terus menyebut nyebut kata mama dan papa.

Nenek sudah mengompres Fawnia, namun panasnya masih belum turun. Tadi ia juga sudah memberi Fawnia obat penurun panas.

Ia mencoba untuk menghubungi Nita, namun Nita tidak mengangkat telponnya. Ia mencoba lagi, namun hasilnya masih tetap sama. Akhirnya nenek itu memilih untuk mengirimkan sebuah sms, memberitahukan bahwa Fawnia saat ini demam.

÷÷÷÷

Nita melihat handphonenya berbunyi, ada sebuah panggilan telpon dari ibunya. Ia tidak mengangkat telpon itu, karna ia tau ibunya pasti akan berbicara mengenai Fawnia yang saat ini menangis. Ia memilih untuk mematikan handphonenya, ia tau apa yang ia lakukan ini salah. Tapi jika tidak begini, Fawnia tidak akan bisa jauh dari dirinya. Ia ingin Fawnia bisa hidup tanpa ada dirinya.

Nita saat ini sedang bersiap siap untuk pindah ke kota lain. Mencari pekerjaan baru, dan memulai kehidupan baru.

÷÷÷÷

Sejak tadi bangun, Fawnia masih belum ingin makan apapun. Ia hanya diam saat ditanya, atau saat menjawab pasti dengan suara keras dan teriakan. Entah apa yang terjadi pada Fawnia, gadis ini menjadi sangat sensitif.

"Yaudah, besok kita kerumah mama ya," ucap nenek, ia akhirnya mengalah karna tidak tau lagi harus berbuat apa lagi pada Fawnia.

Fawnia yang mendengar kata mama diucapkan neneknya, langsung mengangkat kepalanya menatap wajah sang nenek. "Nia mau sekarang nek. Ayo ketemu mama!"

Fawnia lalu bangkit dari tidurnya, meskipun masih sangat pusing ia tidak peduli, yang ia pikirkan saat ini hanya mamanya. Fawnia berjalan dengan sedikit cepat, namun tubuhnya sedikit oleng, untung nenek dengan cepat menangkap tubuh Fawnia.

"Besok ya, sayang. Nia kan masih demam sekarang. Nenek janji pagi kita langsung berangkat kerumah mama," nenek Fawnia masih terus membujuk Fawnia.

Fawnia kemudian mengangguk pasrah. "tapi janji ya nek."

÷÷÷÷

Fawnia dan neneknya saat ini sudah sampai didepan dirumah Nita. Rumah terlihat sangat sepi dari luar, Fawnia berlari menuju pintu depan. Sudah berulang kali ia mengetuk dan memanggil mamanya, namun tidak ada jawaban. Nenek juga sudah mencoba untuk menelpon, namun nomor Nita tidak aktif.

Fawnia diam, ia menatap neneknya. "Nek?" Panggilnya.

Nenek kemudian berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan Fawnia. "Iya sayang, ada apa?"

"Mama ninggalin Nia juga kaya papa?" gadis kecil itu bertanya dengan tatapan bingung.

"Nia nakal ya nek? Jadi mama sama papa pergi ninggalin Nia."

Nenek langsung memeluk Fawnia, ia menggelengkan kepalanya. "Nia ga nakal, kata siapa Nia nakal. Mungkin mama udah berangkat kerja, sayang."

++++++++++

Zahra baru saja menerima panggilan telpon dari Fawnia, ia dengan segera pergi nenuju rumah Fawnia.

÷÷÷÷

Saat sudah sampai dirumah Fawnia, Zahra dikagetkan dengan adanya seorang laki laki tepat di depan pintu rumah Fawnia. Zahra berpikir, mungkin orang asing ini yang sudah membuat Fawnia takut. Dengan langkah cepat ia menghampiri pria itu.

"Lo siapa?! Ngapain lo didepan rumah sahabat gue, hah?!" tanya Zahra tanpa basa basi.

==============================

Terimakasii sudah membaca Semoga suka yaa 😊

ABANDONMENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang