Tiga Puluh Enam

42 9 13
                                    

Selamat membaca !!
Semoga suka hehe ✌

==============================

"Mama kenapa? Kok nangis? Kakak ini juga siapa?" tanya Jia yang ingin tau.

"Mama ga kenapa kenapa ko sayang. Ini kakaknya Jia, cantik kan?" ucap Nita memberitahu Jia.

Jia menganggukan kepalanya, menurutnya gadis remaja yang berada di hadapannya ini memang cukup cantik. "Ini kakanya Jia?" tanya gadis kecil itu.

"Iya. Ini kakaknya Jia, salim gih sama kakak kamu," kata Nita, menyuruh Jia. Jia langsung menyalimi Fawnia, tanpa ragu.

÷÷÷÷

Fawnia, Nita dan Jia kini berada di sebuah kafe yang dekat dengan tempat mereka bertemu tadi.

Ada sedikit rasa canggung antara Fawnia dan Nita. Mereka saling diam, tanpa ada yang mulai membuka topik pembicaraan.

"Ma?" panggil Fawnia, memulai pembicaraan.

"Iya sayang?" balas Nita.

"Mama gimana kabarnya selama ini?" tanya Fawnia.

Nita diam beberapa menit, kemudian ia menghela nafasnya pelan. "Mama baik baik aja kok. Maaf ya mama ninggalin kamu selama ini, mama ngebiarin kamu hidup sendirian," ucap Nita, merasa bersalah pada Fawnia.

Fawnia menggelengkan kepalanya, tersenyum hangat pada ibu nya. "Gapapa kok ma, ga perlu minta maaf dan ngerasa bersalah. Nia udah ngeikhlasin setiap hal yang udah terjadi, Nia juga udah ga mempermasalahkan hal itu."

Fawnia menjulurkan tangannya, meraih kedua tangan ibu nya dan menggenggam kedua tangan itu. "Mama masih ingat dan ga lupa sama Nia aja, Nia udah bersyukur banget," ucap Fawnia tulus.

Nita mendengar itu, tanpa sengaja menjatuhkan air matanya. Air matanya itu turun, membasahi tangan Fawnia yang masih menggenggam tangannya.

Jia yang berada di sebelah ibu nya, yang sejak tadi hanya diam menyimak. Langsung menghapus air mata yang turun dari mata ibu nya. Ia sangat tidak suka ibu nya menangis.

Fawnia melepas salah satu tangannya dari genggaman tangan ibu nya. Ia mengelus puncak kepala Jia, ia bersyukur ibu nya memilik anak lagi yang sangat sayang padanya.

÷÷÷÷

Fawnia saat ini berkunjung kerumah baru ibu nya. Saat pertama kali sampai, Fawnia bertemu dengan seorang pria dewasa yang cukup berumur.

Ia melihat Jia yang berlari mendatangi pria itu, dan langsung memeluknya. Fawnia tanpa sadar tersenyum miris, ada rasa iri pada dirinya. Sudah lama sekali ia tidak memeluk ayahnya seperti apa yang Jia lakukan.

Nita memperkenalkan Fawnia pada suami nya, ia menjelaskan apa hal yang sudah terjadi pada masa lalu, sebelum mereka bertemu dan memutuskan untuk menikah.

Suami Nita, memang orang yang baik. Ia menerima kedatangan Fawnia, menyambut Fawnia seperti anak kandungnya. Fawnia sangat bersyukur, ayah tirinya dan Jia dapat menerima dirinya di keluarga ini.

Saat ini mereka sedang makan siang bersama, tadi Fawnia dan Nita memasak lauk bersama. Fawnia yang berada di antara keluarga baru ibu nya ini, sedikit merasakan sedih. Keluarga yang seperti ini, yang selalu ia harapkan sejak kecil.

"Kesibukan kamu sekarang apa, Nia?" tanya Juan, suami Nita.

"Biasanya Nia cuma nyanyi di kafe milik teman Nia. Nia juga kerja disana, dan sekarang Nia lagi nyiapin buat lomba nyanyi," kata Fawnia.

"Wahh.. kakak bisa nyanyi? Suara kakak bagus dong?!" tanya Jia bersemangat, gadis itu memang sangat suka dengan musik.

"Ya, kakak lumayan bisa nyanyi," balas Fawnia ramah.

Jia turun dari kursinya, berjalan mendekat ke arah Fawnia. "Ayo, sekarang kakak ajarin Nia nyanyi," ucap gadis itu sambil menarik tangan Fawnia menuju kamarnya.

Fawnia dengan pasrah ikut berjalan mengikuti Jia. Juan dan Nita melihat kelakuan Jia hanya dapat menggelengkan kepalanya. Jia memang selalu begitu, selalu bersemangat mengenai hal yang berhubungan dengan musik.

÷÷÷÷

Hari sudah menunjukan pukul 20.00 wib atau 8 malam. Fawnia pamit untuk pulang kerumahnya.

"Kamu gamau tinggal disini aja? Bareng mama, papa, dan Jia?" tanya Nita yang mengantarkan Fawnia menuju pintu depan.

"Iyaa.. kakak ga disini aja, bareng Jia?" Jia ikut bertanya.

Fawnia menggelengkan kepalanya, ia ingin tinggal bersama keluarga barunya ini. Tapi ia tidak ingin mengganggu kehidupan ibunya.

"Nia harus pulang kerumah sana, Ma. Itu kan rumah nenek, Nia ga mungkin ninggalin gitu aja. Lagian Nia kan masih bisa main kesini, Nia janji akan sering kesini," kata Fawnia.

"Kapan pun kamu mau kesini, datang aja. Jam berapa pun kamu kesini, papa sama mama pasti bakal bukain pintu buat kamu," ucap Juan, Nita dan Jia menganggukan kepalanya setuju dengan ucapan Juan.

Fawnia tersenyum. "Makasih ya Ma, Pa."

Fawnia menyalimi ibu dan ayah tirinya ini, serta mengelus kepala Jia. "Nia pulang ya. Assalamualaikum," ucap gadis itu kemudian melangkahkan kakinya menjauh.

"Waalaikumsalam," balas ketiganya secara serentak.

==============================

Terimakasii sudah membaca Semoga suka yaa 😊

ABANDONMENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang