Enam Belas

26 15 5
                                    

Selamat membaca !!
Semoga suka hehe ✌

==============================

Fawnia terbangun dari tidurnya, rasa pusing di kepalanya masih terasa. Entah sudah berapa lama ia memimpikan masa lalunya, masa masa bahagia sekaligus masa kehancuran dirinya.

Fawnia berjalan menuju pintu, membuka sedikit pintu kamarnya. Ia melihat Arga dan Zahra tengah mengobrolkan sesuatu, entah apa yang sedang mereka bahas saat ini.

Fawnia menutup kembali pintu kamar itu, ia duduk tepat didepan pintu. Kembali mengingat masa kecilnya saat bersama Arga. Satu satu nya orang yang dulu mau berteman dengan dirinya.

Jujur, Fawnia selalu mengharapkan Arga kembali. Kembali menjadi temannya, menemaninya, dan menjaganya seperti dulu. Tapi entah kenapa saat bertemu kembali, ia merasa takut, marah, sedih, sekaligus bahagia.

Fawnia berpikir, apakah nantinya ia akan merasa takut sekaligus bahagia seperti ini, saat bertemu kembali dengan mamanya.

÷÷÷÷

Arga sudah menceritakan alasan ia pergi saat itu kepada Zahra. Ia harap, Zahra dapat membantunya untuk menjelaskan kepada Fawnia. Setelah membicarakan tentang Fawnia bersama Zahra tadi, Arga langsung pergi untuk kembali pulang.

Ia harap, besok saat ia kembali kesini lagi untuk menemui Fawnia. Gadis itu mau keluar rumah bertemu dirinya.

÷÷÷÷

Zahra masuk kedalam kamar Fawnia sambil membaca sebuah roti dan teh hangat. Ia mendekati Fawnia, meletakan roti dan teh itu dimeja kecil.

"Faw.." panggil Zahra.

Fawnia menolehkan wajahnya menatap Zahra. "Kenapa Ra?" tanyanya.

"Arga yang temen lo itu, tadi kesini," ucap Zahra memberitahu.

"Iya, gue tau kok. Dia ngapain aja disini?" tanya Fawnia. Ia ingin tau apa yang Zahra dan Arga bicarakan tadi.

"Gue gatau dia ngapain aja tadi, soalnya pas gue datang, dia cuma duduk di depan pintu. Trus dia juga yang bantu gue buat mindahin lo ke kasur."

"Terus apa lagi?"

"Dia juga ceritain alasan dia pergi waktu itu." Zahra mengucapkan kalimat itu dengan pelan, ia takut Fawnia akan kembali mengingat kejadian saat neneknya meninggal.

"Bisa kasih tau gue alasan dia?"

Zahra berpikir sejenak, kemudian ia menatap Fawnia. "Apa ga sebaiknya lo denger alasannya dari dia langsung aja Faw?"

"Gue mau denger dari lo dulu Ra, nanti setelah gue ngerasa udah baikan, gue akan langsung ketempat dia."

Zahra menganggukan kepalanya. "Oke, gue ceritain."

Zahra setelah itu menceritakan dengan lengkap apa yang tadi Arga ucapkan kepadanya. Zahra menunggu respon dari Fawnia cukup lama. Hingga akhirnya gadis itu hanya menghela nafasnya.

÷÷÷÷

Pagi hari ini Fawnia bersiap siap untuk pergi ke tempat Dokter Dian berada. Fawnia menenangkan hatinya sejenak, lalu pergi keluar rumah.

Saat ini Fawnia sudah sampai ditempat Dokter Dian, bertepatan pula Dokter Dian baru saja sampai.

"Fawnia?"

Fawnia sedikit terkejut dengan panggilan dari Dokter Dian. "Dok, Faw boleh cerita hari ini?" tanyanya, karna hari ini bukanlah jadwalnya.

Dokter Dian menganggukan kepalanya, kemudian mengajak Fawnia untuk masuk kedalam.

"Ada apa Fawnia? Ahh iya, kenapa kamu ga datang kemarin?" tanya Dokter Dian ramah.

"Kemarin Faw ketemu Arga. Faw gatau kenapa, tapi Faw ngerasa takut, marah, sekaligus senang pas ketemu dia. Pas Faw ketemu dia, emosi Faw kaya biasa, meledak ledak dan ga bisa Faw kontrol."

"Arga? Teman yang pernah kamu ceritain kan?"

Fawnia menganggukan kepalanya. "Iya, dia Dok."

==============================

Terimakasii sudah membaca Semoga suka yaa 😊

ABANDONMENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang