VOTE KOMENTAR SHARE!
***"Kamu bisa bangun?"
Suara itu mengundang perhatian Vexyana yang awalnya jatuh pada lututnya. Vexyana mendongak, menemukan anak laki-laki mengenakan kemeja putih garis-garis dan celana pendek hitam kini mengulurkan tangan ke arah Vexyana. Anak laki-laki itu tampak khawatir.
Mata dua anak itu saling bertemu seperkian detik.
Sebelum Vexyana menerima uluran tangan itu.
Anak laki-laki itu tersenyum, membantu Vexyana beranjak bangun dari jatuh. Vexyana menunduk, membersihkan lutut dan stockingnya yang kotor karena tanah yang tidak sengaja saling bertemu.
"Sakit?"
Vexyana menatap anak laki-laki di depannya dengan suram. "Sakitlah bego. Pakai nanya lo."
Anak laki-laki berusia sekitar sebelas tahun itu tersenyum kecil. "Kalau gitu, ayo kembali ke gedung pertunjukkan. Kita obatin di sana."
Vexyana mengernyit. Tatapan nyalangnya langsung muncul. "Gak. Emangnya lo siapa? Pergi sana!" tanya dan usirnya dengan intonasi tinggi. Vexyana tidak terbiasa bicara dengan orang baru apalagi orang asing.
Anak laki-laki itu menggembangkan senyuman. "Aku baru aja muncul di sini, kamu udah ngusir aja. Lagian kita belum kenalan. Nama kamu siapa?"
Vexyana menghiraukan. "Pergi lo! Ush! Ush!" usir anak perempuan itu seperti mengusir anak anjing yang hendak membuang kotoran di pekarangan rumahnya.
"Tarian balet kamu bagus. Aku suka." Anak laki-laki itu malah memuji. "Lagian kamu kenapa tadi kabur dan malah nari di sini? Kompetisi kan belum selesai."
"Lo... tadi ada di sana?"
Anak laki-laki itu mengangguk. "Iya. Tadi aku kebetulan ke belakang dan lihat kamu lari. Terus... aku penasaran deh dan ngejar kamu. Dan di sinilah aku berada. Kamu kenapa lari ke sini?"
Mulut Vexyana tertutup rapat.
"Kamu ada masalah?" tanya anak laki-laki itu lagi.
Vexyana masih diam. Ia tidak terbiasa menceritakan mengenai masalahnya kepada orang asing. Tapi entah mengapa, selang berikutnya, bibirnya menjelaskan.
"Aku lagi marah," ucap Vexyana dengan rahang yang tiba-tiba mengeras.
Anak laki-laki itu menatap intens. "Marah? Kenapa marah?"
"Mereka boong sama gue," lirih Vexyana, "mama... dan kakak... mereka bilang bakal nontonin gue. Tapi... tapi mereka malah enggak datang! Gak ada yang nonton aku balet tadi. Aku benci. Aku benci sama orang-orang yang suka bikin janji tapi gak bisa menepatinya!" Anak gadis itu menghentak-hentakkan kaki ke tanah dengan kesal.
"Jangan marah. Mungkin... mereka ada kesibukan yang nggak bisa ditoleransi?"
"Gue gak peduli. Janji ya janji. Janji ya harus ditepatin. Kalau gak bisa, ya gak usah janji kalau cuma mau bikin orang kecewa," desah Vexyana.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEXYOPATH (END)
Roman pour Adolescents𝐋𝐨𝐯𝐞, 𝐦𝐲𝐬𝐭𝐞𝐫𝐲, 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝𝐬𝐡𝐢𝐩, 𝐟𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲, 𝐭𝐡𝐫𝐢𝐥𝐥𝐞𝐫, 𝐬𝐜𝐡𝐨𝐨𝐥🏴☠️ Kabar kembalinya Vexyana setelah menghilang sejak insiden malam halloween menghebohkan seantero sekolah. Selama ini ia selalu dikucilkan dan dibenci ol...