VOTE KOMENTAR SHARE🔪
***Ujung tajam ditancapkan berkali-kali ke sekujur tubuh manusia itu hingga taburan genangan merah pekat keluar dari dalam. Seseorang yang sedang menancapkan pisau seperti kesetanan dan haus darah. Terlihat, betapa agresifnya seseorang itu menusuk pisau runcing, ke bagian perut orang yang bahkan sekarang sudah terkapar tak bernyawa karena mengalami banyak pendarahan.
Seseorang yang wajahnya sudah dimuncratkan banyak darah membentuk smirk. "Ah. Mati."
Di dekatnya, ada sosok lain lagi yang terluka dan kotor. Sosok yang menahan sakit itu mendekat, bekas jahitan di punggungnya masih dalam proses pemulihan dan sekarang jahitan itu robek sehingga ada banyak luka yang keluar lagi.
Seseorang yang baru saja melencapkan nyawa orang kini beranjak berdiri ketika melihat kekasihnya. Ia memandang khawatir. "Lo nggak apa-apa?"
Lelaki itu menghiraukan pertanyaan itu, matanya sibuk mengarah pada manusia yang bermandikan darah dengan jantung yang sudah lagi tak berdetak. Laki-laki terbelalak. Ia memandang seseorang yang menjadi malaikat pencabut nyawa. "Lo... lo ngebunuhnya?"
"Ya." Seseorang itu menjawab tenang—tidak sepenuhnya tenang karena napasnya menjadi tidak teratur setelah terjadi peperang singkat di antara mereka. Seseorang itu terkekeh. "Jangan tegang gitu. Chill. Gue nggak ngebunuh manusia. Gue baru aja ngebunuh monster."
Seseorang yang masih setia memegang pisau di tangannya, Vexyana, berjalan mendekati laki-laki yang menegang di tempat, Arzeus. "Insting gue selalu benar bukan? Dia nggak bakal berhenti. Jika tidak mati."
Arzeus bergeming sesaat.
Memandang seseorang yang kini telah menjelma menjadi mayat. Bevandra. Orang yang melarikan diri dari penjara dan mencari ajalnya sendiri.
Perlahan tapi pasti, Arzeus menarik sudut bibirnya.
Arzeus tersenyum.
Entah mengapa ia merasa puas.
Melihat orang yang barusan hendak membunuh mereka berdua.
Sekaligus orang yang selama ini membuat Vexyana menderita, sekarang sudah tidak berdaya. Mengembuskan napas terakhirnya dalam keadaan tragis.
"Benar. Lo—kita... kita nggak ngebunuh manusia. Tapi kita baru saja ngebunuh monster. Monster." Arzeus mengedarkan pandangannya. "Dan sekarang yang perlu kita lakukan adalah... menyembunyikan mayatnya."
Membersihkan jejak, keduanya mengangkat mayat Bevandra, menjauh ke dalam hutan. Arzeus menyalakan api, membakar mayat Bevandra hingga menjadi abu. Selanjutnya mereka melepaskan pakaian mereka yang sekarang berlumuran darah untuk menutupi jejak. Sehingga yang tersisa di badan Arzeus hanyalah boxer hitam dan di tubuh Vexyana hanya dalaman atas bawah.
Vexyana menyeringai, memandangi bara api yang menghabisi Bevandra yang kembali untuk membunuh. Tetapi berakhir sebaliknya.
"Rest in hell, Papa."
Vexyana merapatkan diri pada Arzeus. "Baby."
Arzeus yang membeku memandangi kobaran jingga panas itu lalu menoleh ke arah kekasihnya yang bukan 'gadis' biasa. Gadis itu baru saja melenyapkan seseorang.
Vexyana memandang Arzeus. "That's our secret. Keep until we die. Okay baby?"
Sekitar lima detik, Arzeus bungkam. Menatap Vexyana yang juga menatapnya. Melenyapkan jarak kemudian mempertemukan bibir mereka tepat di depan tarian api yang membinasakan Bevandra.
"I will keep this a secret until I die, Pretty," bisik Arzeus berjanji.
Tapi sayangnya, ada sepasang mata cokelat yang merekam apa yang baru saja mereka lakukan.
ᐯ乇乂ㄚㄖ卩卂ㄒ卄
so happy ending?🥵🔪
sebenarnya sedih sih, last part kemarin votenya ga nembus. but it's ok.
ada yang mau kalian sampaikan ke penulis?
buat Vexyana? Arzeus? Tokoh lainnya?
ada masukan? biar gue bisa memperbaiki kesalahan gue di karya gue selanjutnya.
Say goodbye to Vexyopath, thanks for reading to the end.
Sayonara🔪🔪🔪
bakal kangen Vexyana dan Arzeus sih😭😭
anw, kalian jangan lupa baca 'Zenolya'
VEXYOPATH END
19 oktober 2021.🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
VEXYOPATH (END)
Ficção Adolescente𝐋𝐨𝐯𝐞, 𝐦𝐲𝐬𝐭𝐞𝐫𝐲, 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝𝐬𝐡𝐢𝐩, 𝐟𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲, 𝐭𝐡𝐫𝐢𝐥𝐥𝐞𝐫, 𝐬𝐜𝐡𝐨𝐨𝐥🏴☠️ Kabar kembalinya Vexyana setelah menghilang sejak insiden malam halloween menghebohkan seantero sekolah. Selama ini ia selalu dikucilkan dan dibenci ol...