EPISODE 24 - SIARAN PERMINTAAN MAAF

6.6K 703 119
                                    

VOTE KOMEN SHARE!🏴‍☠️
***

XXIV. SIARAN PERMINTAAN MAAF

Hari ini salah satu bangku di kelas X-A1 kosong karena siswi yang duduk di sana sedang dirawat di rumah sakit akibat insiden mengerikan yang sempat terjadi sekaligus siswi peringkat pertama paralel kelas sebelas. Kelas itu tampak hening, hanya suara Mrs. Gina, selaku guru matematika dan bunyi tiga AC yang terpasang di setiap sudut yang terdengar.

"Can anyone answer question number 12?"

Sekitar setengah anak yang ada di dalam kelas secara kompak mengangkat tangan, berlomba-lomba menjawab salah satu soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) yang ditanya oleh Mrs. Gina. Wanita itu sekarang mengamati satu per satu dari mereka.

Mrs. Gina membenarkan letak kacamatanya sebelum memanggil. "Ya, Dona, silakan maju."

Dona terperanjat, pasalnya dia tidak mengangkat tangannya dan malah ditunjuk. Selain itu sejak tadi dia juga tidak ada memerhatikan. "Me?"

"Yes, you are."

"But Ma'am..." Dona mengembuskan napas pasrah. "Okay." Gadis itu mendorong ke depan mejanya, beranjak dari kursi mencapai papan tulis besar lalu melirik soal pada buku tebal yang ada di tangannya.

Baru saja Dona mengambil spidol hendak menulis jawaban, suara menggema dari speaker kelas yang dipasang dipojok atas terdengar keras.

"Mohon maaf mengganggu kepada guru yang sedang mengajar di kelas, panggilan kepada Sisca Fournella kelas 11-A1 dimohon segera datang ke ruangan kepala sekolah sekarang juga. Sekali lagi, panggilan kepada Sisca Fournella dimohon segera datang ke ruangan kepala sekolah sekarang juga. Terima kasih."

Semua pasang mata yang ada di kelas serempak menuju pada Sisca yang tadinya sedang mencatat tapi kini gadis itu duduk dengan tubuh menegang. Sisca nyaris tidak merasakan detak jantungnya.

"Sisca? Kenapa diam? Kamu dipanggil ke ruangan kepala sekolah." Mrs. Gina menegurnya, membuat
Sisca mengangguk kaku dan lemah.

Gadis itu menggigit bagian bawah bibirnya, bangkit amat pelan dari kursi ditemani tatapan penuh tanda tanya dari teman sekelasnya. Yuri di depannya kini mengangkat satu alis tapi Sisca menghiraukan dan melengkang keluar dari kelas dengan perasaan yang cemas. Bahkan Mrs. Gina yang menanyakannya juga diabaikan oleh Sisca saking paniknya.

"Gosh..." desisnya takut.

Sisca berjalan menyusuri koridor yang sepi dengan langkah amat berat mencapai ruang kepala sekolah. Dia berdiri di ambang pintu yang tertutup, tapi dia merasa sedang berada di ambang kematian. Sisca ingin berlari sekarang juga tapi tubuhnya justru menariknya masuk ke dalam ruangan bernuansa coklat yang diisi oleh pria setengah baya dan dua pemuda yang tengah duduk di hadapan pria itu.

Damen beranjak dari kursi, membiarkan Sisca mengambil tempat duduknya dan berdiri di sebelah Arzeus yang menatap gadis di sampingnya dengan tajam, membuat Sisca kikuk dan panas dingin. 

"Everything is o-okay?" tanya Sisca dengan saliva yang tertelan susah payah. 

Tatapan menginterogasi dari Mr. Kenan, kepala sekolah, membuat Sisca semakin yakin jika semua memang akan berakhir di sini. Enam puluh detik berlalu, Mr. Kenan masih tidak membuka mulutnya, hanya bicara melalui tatapannya yang tajam, sampai detik selanjutnya pria itu memutar laptopnya. Dia menunjukkan salinan rekaman CCTV yang tayang di sana. "Bisa jelaskan semua ini, Sisca?"

VEXYOPATH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang