SIDERS = JOMBLO ABADI HEHE
***XXVIII. VEXYANA MENJAUH
Sedikit pun rasa sesal tidak terbentuk dalam benak Vexyana ketika mendengarkan berita kematian salah satu siswi di sekolahnya yang kebetulan kemarin—tidak tadi pagi, gadis itu berada di dekat lokasi pembunuhan.
Bahkan jeritan minta tolong telah didengarkan telinganya namun Vexyana sama sekali tidak berniat menolong atau setidaknya meminta bantuan dari orang lain. Ia tidak melakukan apa pun. Persetan, rasa empati yang ia miliki tidak terlalu besar.
Setidaknya, pengalaman yang pernah ia terima membentuknya demikian.
"Hiks..."
Isakan tangis seseorang menyapa indra pendengar Vexyana ketika tiba di tribun lapangan sekolah. Dari atas, dia melihat seorang gadis sedang duduk di tribun lapangan sekolah luar. Panasnya matahari tidak dipedulikan, meski tengah menyengati kulit putih bersinarnya. Dari punggung saja, Vexyana sudah bisa mengetahui siapa gadis tersebut.
"Hiks..." rintih gadis itu pedih. Historita terisak. Ia menunduk lemah.
Vexyana mencipta smirk.
"Cup. Cup. Cup. Lihat siapa yang sedang menangis."
Historita terkejut mendengarkan suara dingin yang terdengar meledeknya. Spontan Historita mengelap air mata yang berjatuhan, mendongak ke belakang dan menemukan Vexyana berdiri di belakangnya. Tepat di tribun paling atas.
Dengan seringai pekat, Vexyana menuruni tribun. Menghampiri Historita yang terpaku diam. Gadis itu langsung duduk di sebelah Historita bersama senyuman miring yang tak lepas dari bibirnya.
"Lagi nangisin cewek yang mati ya?"
Historita bergeming.
"Bego lo," desisnya.
Historita mendelik tidak terima. "Kenapa... Kakak ngomong gitu?"
"Cewek yang udah mati itu udah bikin lo masuk rumah sakit kan? Buat apa lo tangisin? Harusnya lo bikin pesta buat merayakan kematiannya," ucap Vexyana dengan santai.
"Kakak udah gila ya?" decak Historita. Menerima tatapan mematikan dari Vexyana, Historita segera meralat ucapannya dengan serak. "Maaf. Aku gak bermaksud bilang begitu."
"Lo gak benaran sedih kan?" Vexyana menatap Historita lekat. Menatap binar matanya.
Historita mengerjap. "Ka-kakak bilang apa? Tentu saja aku sedih. Teman aku baru saja meninggal—"
"Setelah dia mengkhianati lo? Lo masih anggep dia teman? T O L O L."
"Itu bukan tolol namanya, itu perasaan wajar dan cuma manusia yang punya hati yang tahu."
Kedua gadis yang sedak duduk di tribuk secara langsung mengalihkan perhatian. Menangkap sosok lelaki yang membawa dua minuman dingin di tangannya tengah berjalan mendekati mereka. Atau lebih tepatnya, mendekati Historita saja.
Vexyana tersenyum kecut. "Thanks for the satire, Kakak Ketos."
"Ngapain lo di sini?" tanya Xabiru ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEXYOPATH (END)
Roman pour Adolescents𝐋𝐨𝐯𝐞, 𝐦𝐲𝐬𝐭𝐞𝐫𝐲, 𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝𝐬𝐡𝐢𝐩, 𝐟𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲, 𝐭𝐡𝐫𝐢𝐥𝐥𝐞𝐫, 𝐬𝐜𝐡𝐨𝐨𝐥🏴☠️ Kabar kembalinya Vexyana setelah menghilang sejak insiden malam halloween menghebohkan seantero sekolah. Selama ini ia selalu dikucilkan dan dibenci ol...