EPISODE 46 - SERANGAN CAT

5.6K 733 122
                                    

VOTE! SPAM KOMENTAR! NEXT!
***

Historita tidak akan pernah melupakan bagaimana pertemuan pertamanya dengan Xabiru. Pertemuan mereka sebenarnya tidak ada yang spesial. Klise. Dan klasik. Kala itu adalah hari pertama Historita masuk sebagai murid kelas sepuluh setelah tiga hari mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah.

"Aduh. Gimana nih!"

Gadis itu menggigit bagian bawah bibirnya. Dia merasa kasihan melihat kucing yang terlihat sangat ketakutan, terjebak di atas pohon besar yang terletak di taman belakang sekolah yang kebetulan sepi saat itu. Hanya ada Historita yang kebetulan keliling. Menunggu temannya yang sedang ada urusan.

"Gimana caranya aku bantu kucing itu turun ya?" tanya Historita bermonolog. Historita menimbang-nimbang kemungkinan apakah dia akan berhasil jika memanjat pohon itu atau malah berakhir mengenaskan di bawah permukaan tanah.

"Ada masalah?"

Suara berintonasi berat dan bunyi dedaunan kering bergemerisikan yang diinjak sukses membuat gadis itu menoleh ke sumber suara. Historita setengah mendelik mendapati Xabiru yang dikenal sebagai ketua OSIS yang galak dan tegas tiba-tiba ada di depan mata.

"Anu Kak... kucing itu, gak bisa turun." Historita yang menengadah, mengundang perhatian Xabiru. Xabiru turut mendongak mengarahkan pandang menuju kucing berbulu putih bercampur hitam yang sedang terjebak di dahan pohon. 

Xabiru mendesah. "Kucing liar."

"Emang kenapa kalau kucing liar, Kak? Kalau kucing liar gak mau kamu bantu gitu?" Historita cemberut masam. "Jangan gitu dong Kak. Bantuin kucingnya turun dong. Kasihan banget soalnya, Kak. Please."

Historita menatap Xabiru dengan sorotan mata berbinar, nyaris mirip dengan mata kucing yang terjerat di pohon sekarang. 

Xabiru tidak menanggapi. Laki-laki itu langsung bertindak. Dengan mudah Xabiru mengangkat tubuhnya naik setelah meraih dahan terendah menuju dahan paling besar di mana posisi kucing itu berada. 

Di bawah sana, Historita memerhatikan Xabiru lekat. Lelaki itu dengan mudah meraih kucing itu lalu mengelus hewan lucu yang ketakutan. Historita sama sekali tidak mengalihkan perhatiannya bahkan dia sampai tidak sadar jika Xabiru sudah turun dari pohon dan berdiri di hadapannya bersama kucing dengan berat sekitar 3,6-4,5 kilogram di tangannya.

"Wah! Makasih Kak, udah nyelametin kucingnya!" seru Historita sambil menggendong kucing yang sekarang diserahkan oleh Xabiru. Sebelum kucing itu sempat berpindah ke tangan Historita, kucing liar itu lebih dulu mencakar tangannya hingga gadis tersebut meringis.

"Lo gak apa-apa? Berdarah?" Xabiru mendadak panik.

Historita terkekeh. "Gak apa-apa kok, Kak. Cuma dicakar dikit aja. Gak sampai berdarah hehe."

"Begitulah faktanya. Kebaikan yang kita berikan pada orang, belum tentu akan mereka balas dengan kebaikan pada kita."

"Tapi itu kucing Kak, bukan orang," jawab Historita dengan tampang innocent'nya.

Xabiru tersenyum simpul. "Cuma perumpamaan."

"Oh ya, Kak. Aku Historita Ceceilia," Historita mengulurkan tangannya sembari mengembangkan senyuman di bibir berukuran mini itu.

Sedetik Xabiru terdiam. Sebelum menyambut uluran tangan Historita. "Xabiru Galarakha."

"Kayaknya tangan lo perlu diobatin deh," Xabiru melirik tangan Historita yang kena cakar.

"Engg—"

"Ayo kita ke UKS."

Pertemuan itu sampai detik ini masih menimbulkan jejak senyum di bibir Historita. Itu adalah kenangan paling manis bagi gadis yang tengah memeluk erat boneka beruang putih di atas kasurnya. 

VEXYOPATH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang