EPISODE 17 - DIRECT MESSAGE & A PAVILION

7.5K 810 31
                                    

jika kalian menikmati cerita ini, tolong apresiasikan dengan menekan tombol bintang
dan komentarnya ya.
***

XVII. DIRECT MESSAGE & A PAVILION

Musik musikal Eine Kleine Nachtmusik karya Mozard yang dimainkan oleh para orkestra mengiringi para tamu yang masih menari di lantai dansa bersama pasangan membuat mereka seakan-akan sedang menghadiri pesta dansa di era kerajaan Eropa.

"Jadi dia tunangan lo, Kak?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut Arzeus begitu dia bersama Vexyana menginjak lantai dansa, mulai mengayun gadis itu dan memutarinya mengikuti irama lagu yang memenuhi setiap penjuru ruangan.

"Gue mau dansa sama lo bukan berarti gue mau berbincang sama lo," ketus Vexyana.

"Sejak kapan? Maksud gue, pertunangan kalian berdua terjalin." Sepertinya Arzeus mengabaikan ucapan Vexyana barusan karena pemuda itu tetap melanjutkan ucapannya hingga gadis itu mendesah.

"Sejak lebaran babi," asal Vexyana.

"Lo suka sama dia?" Lagi-lagi Arzeus bertanya di sela-sela mereka berdansa mengikuti irama yang mengalun tanpa jeda dengan tempo naik turun.

"Bukan urusan lo."

"Jawaban yang udah gue duga." Arzeus menghela napasnya pelan. Ia pun terdiam. Tidak ada lagi yang angkat bicara setelahnya, mereka berdansa dalam diam hanya instrumen musik dan berbincangan orang-orang yang terdengar samar memenuhi.

Vexyana menarik satu ujung bibirnya. "Dua kali."

Arzeus mengerutkan keningnya dalam. "Dua kali?" Dia baru paham ketika berpindah posisi karena ia mendapati Xabiru yang berdansa bersama Historita tengah mencuri pandang ke arah mereka sebelum berakhir buang muka. Xabiru tertangkap basah dua kali mengamati mereka. "Ah, gue ngerti."

"Kelas sepuluh."

"Ya?"

"Saat itu kita dijodohkan buat bertunangan," ucap Vexyana dengan nada datar.

"Kenapa lo gak nolak bertunangan sama dia?"

"W-why? Kenapa gue harus nolak?"

"Karena itu bukan kemauan lo, maybe?"

Ini bodoh. Ini tidak penting. Tapi anehnya, Vexyana malah terbawa dalam percakapannya bersama laki-laki yang usianya lebih muda setahun darinya. "Saat itu gue pikir, dia orang yang beda. Orang yang akan selalu ada di sisi di saat semua orang gak ada yang menginginkan gue. Tapi gue salah, dia gak ada bedanya dari yang lain.... shit. Kenapa juga gue mengatakannya kepada lo!"

"Gue mau kok," balas Arzeus. 

Mata teduh mereka bertemu intens. Vexyana menaikkan alis kanannya sebagai bentuk pertanyaan.

"Gue mau kok jadi orang yang ada di sisi lo, jika lo tidak keberatan tentunya."

Musik yang masih beradu kompak seakan lenyap terdengar karena telinga Vexyana yang menangkap suara serak basah yang membuat jantungnya tiba-tiba berdentum kencang. "Selamanya?" 

"Kapan pun yang lo mau."

"Bullshit." Vexyana tersenyum miring. "Mungkin aja besok, dua hari lagi, lo ketabrak truk sampai seluruh badan lo kepisah dan dijemput malaikat maut. Siapa yang tahu? So, don't make promises as if you won't die."

VEXYOPATH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang