EPISODE 44 - KORBAN BARU

5.7K 705 87
                                    

DIKETIK 3401 WORDS!

VOTE! SPAM KOMENTAR! SHARE!
***

Pukul lima pagi, langit masih setia kelam karena sang matahari masih setia bersemanyam. Terlalu dini untuk menampakkan diri tapi tidak menjadi penghalang bagi manusia untuk memulai rutinitas sepagi itu. Seperti contohnya Arzeus. Laki-laki itu sedang jogging di area perkomplekan taman besar bersama orang tua beserta dua adik kembarnya.

"Shut up, piggy!" kesal Sevillen kepada Savelina.

Pasalnya anak perempuan itu tidak henti-hentinya mengeluh karena diajak lari pagi. Mamanya tidak memaksa Savelina tapi anak perempuan itu sendiri yang memutuskan ikut karena tidak mau ditinggal sendirian. Meskipun begitu, Savelina tetap saja mendumel. Dia masih ingin meneruskan mimpi indahnya namun dia juga tidak ingin ditinggal.

Ribet.

"Galak bener lo, babon!" decak Savelina.

"Zeus, besok kamu bakal tanding futsal ngewakilin sekolah lagi kan?" tanya Kargo yang berlari di samping Arzeus, tepatnya di belakang Maudy dan si kembar.

Arzeus menganggukan kepala. "Iya, Pa. Kenapa?"

"Oh enggak, biar pasti aja. Soalnya Papa mau ngatur jadwal meeting biar besok bisa nonton kamu lagi tanding," jelas Kargo sembari mengelap peluhnya dengan handuk kecil yang menggalung di leher.

"Kalau Papa gak bisa, juga gak masalah kok. Santai aja. Jangan sampai gara-gara nontonin aku, Papa jadi mengabaikan pekerjaan," ujar Arzeus kalem.

Kargo terkekeh. "Jadi kamu nyuruh Papa mikirin kerjaan aja dan mengabaikan keluarga?"

"Nggak. Nggak gitu, Pa. Maksudku—"

"Keluarga yang terpenting," sela Kargo. "Sesibuk apa pun, Papa akan selalu meluangkan waktu untuk keluarga. Karena waktu bersama keluarga sangat berharga bahkan sedetik pun. Uang bisa dicari kapan saja tapi kebersamaan itu belum tentu. Papa gak mau nyesel nantinya, jika melewati hal-hal kecil seperti kebersamaan kita. Kerja keras itu penting tapi menciptakan banyak kenangan bersama keluarga adalah hal yang selalu diupayakan."

Ucapan tegas namun tulus dari Kargo membuat Arzeus tersentuh. Kargo memang bukan Ayah kandungnya tapi rasa sayang Kargo begitu besar terhadapnya. Meskipun sudah diberkati dua anak menggemaskan, Kargo tidak pernah bersikap membedakan antara anak kandung dan anak angkatnya.

"Kalau kamu menang, Mama bakal masakin apapun yang kamu mau," janji Maudy sambil menyamakan langkah larinya dengan Arzeus dan Kargo.

"Kalau Zeus kalah? Gak dimasakin gitu?"

Maudy tampak berpikir. "Kalau kamu kalah, biar Savelina yang masakin. Savelina, nanti kalau Bang Nacas kalah, masakin makanan buat dia ya?"

Savelina menoleh ke belakang. "Siapp Ma!!! Eh tapi kalah ngapain? Kalah judi?"

Mereka tertawa. Arzeus selalu merasa bahagia menikmati momen-momen bersama keluarganya. Arzeus tidak bisa membayangkan jika bukan Kargo dan Maudy yang mengadopsinya, mungkinkah dia akan merasakan perasaan ini? Atau sepi tak kunjung henti yang bakalan dia rasakan.

Raut wajah Maudy terganti menjadi serius. Wanita itu menatap Arzeus. "Omong-omong soal Vexyana—"

"Aw!" Savelina tidak sengaja tersandung batu dan jatuh. Kakinya yang terbalut training panjang warna merah menyentuh pernukaan tanah secara kasar.

VEXYOPATH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang