Chapter 12

1.3K 323 63
                                    

"Kamu tadi mau ngomong apa, Yang?" tanya Liora ketika mereka sudah selesai bercinta. Liora merasa lemas tapi juga puas karena pelayanan yang Arden berikan. Sekarang ini keduanya sedang berbaring miring sambil berpelukan. Baik Liora maupun Arden masih sama-sama tak mengenakan pakaian di balik selimut yang membungkus tubuh telanjang mereka.

Bagaimana Arden bisa jujur mengatakan yang sebenarnya di saat dirinya baru saja meniduri kekasihnya seperti ini? Arden tak tega menyakiti Liora.

"Aku lupa, Yang. Nanti aku ingat-ingat dulu ya," alibi Arden yang membuat Liora mencibir. Lelaki itu merutuki dirinya sendiri yang malah goyah ketika ditawarkan kenikmatan oleh kekasihnya.

"Dasar kamu! Kebiasaan!"

"Habisnya kamu ngajak main dulu sih. Kalo udah ditawarin yang enak-enak, aku 'kan bisa lupa semuanya."

"Gombal!"

Arden terkekeh kecil seraya mencium kening Liora. Hatinya terasa kian resah antara harus memilih anaknya yang ada dalam kandungan Alena atau malah Liora. Ia sangat mencintai kekasihnya, tapi juga tak ingin anaknya nanti menderita. Dua-duanya merupakan pilihan yang sulit bagi Arden.

"Aku cinta banget sama kamu, Yang. Jangan pernah ninggalin aku ya?" pinta Liora seraya mengeratkan pelukannya pada Arden. Arden jelas tidak akan pernah meninggalkan Liora, ia juga sangat mencintai kekasihnya itu.

"Aku juga cinta banget sama kamu. Nggak mungkin aku bisa ninggalin kamu, Sayang. Malah bisa jadi kamu yang bakal ninggalin aku," balas Arden sendu. Ya, bisa saja Liora yang melakukannya jika kekasihnya itu tahu kalau dirinya pernah meniduri Alena hingga sekarang bisa hamil.

"Nggak akan," sahut Liora mantap disertai senyum manisnya. Liora memejamkan mata kemudian kembali menyentuhkan bibirnya di atas bibir Arden.

Ddrrrttt ddrrrttt

Ciuman mereka terpaksa harus berakhir kala terdengar suara dering ponsel milik Liora. Wanita itu menjangkaukan tangannya untuk meraih ponselnya yang ada di atas nakas. Lalu kening Liora mengernyit kala mendapati panggilan masuk dari orang tua kekasihnya.

"Mama kamu tumben nelpon aku, Yang?"

"Ponselku mati kayaknya. Coba angkat aja," sahut Arden seraya turun dari ranjang untuk memakai celana dan mengambil ponselnya. Ia baru ingat kalau sudah dengan sengaja menonaktifkan ponsel setelah mengirimi Alena pesan sebelum menemui Liora tadi.

"Halo, Tante..."

"Halo, Sayang... Kamu tau Arden lagi di mana, nggak? Soalnya ponsel Arden nggak aktif."

"Nggak tau, Tante. Emangnya ada apa?" tanya Liora seraya melirik sang kekasih. Ia sengaja berbohong karena tidak mungkin dirinya berkata bersama Arden saat hari sudah cukup malam begini. Bisa-bisa orang tua mereka curiga.

"Tante cuma mau ngasih tau, kalo Alena masuk rumah sakit. Tadi dia pingsan."

"Pingsan? Emangnya Alena kenapa, Tan?" tanya Liora penuh kebingungan.

Pertanyaan Liora sukses membuat Arden merasa sangat terkejut. Tubuhnya bahkan mematung karena mengira Alena pingsan gara-gara dirinya akan berkata jujur pada Liora. Ya Tuhan, apa yang sudah Arden lakukan pada Alena? Wanita itu sedang hamil anaknya, dan Arden malah tanpa sengaja sudah membuatnya pingsan. Laki-laki macam apa dirinya?

"Loh? Arden belum ngasih tau kamu? Alena 'kan lagi hamil, Sayang," ujar Fira yang juga merasa kebingungan.

"Ha-hamil?"

Lagi-lagi Arden dibuat mematung. Ia memang belum sempat menceritakan soal kehamilan Alena pada Liora. Alhasil, sekarang ini Liora menatapnya meminta penjelasan.

Our MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang