Chapter 17 A

1.2K 278 42
                                    

Part cerita ini pendek dan berisi setengah daripada jumlah kata part sebelumnya. Jadi jangan protes kalo pendek!!!

***

"Alena!"

Arden terbangun dari tidurnya dengan napas yang memburu. Ia mengusap wajahnya kasar karena baru saja bermimpi tentang Alena. Di dalam mimpinya itu, Arden bisa melihat kalau Alena sedang menangis dan terlihat sakit hati saat menghadiri acara pernikahannya dan Liora.

Perasaan Arden benar-benar kacau karena tak tahu harus berbuat apa untuk sepupunya itu. Rasanya Arden tak bisa tenang walaupun akan menikahi Liora, sebab ada Alena yang juga sedang hamil dan membutuhkan pertanggungjawaban darinya.

"Ya Tuhan," lirih Arden gusar. Ia menoleh ke samping untuk menatap Liora yang masih tertidur lelap. Beruntung Liora tak terbangun meski dirinya sempat menyebut nama Alena.

Arden mengelus pipi Liora dengan perasaan bersalah karena tanpa sengaja sudah mengkhianati kekasihnya itu. Di belakang Liora, Arden pernah tidur bersama Alena meski dalam keadaan tidak sadar. Tapi yang jelas kejadian itu menghasilkan satu nyawa lain di rahim Alena.

Kepalanya terasa ingin pecah karena telah menutupi ini semua. Arden lelah berbohong dan berpura-pura kalau tidak pernah ada yang terjadi antara dirinya dan Alena. Padahal kenyataannya Alena sedang hamil anaknya, sedangkan dirinya tak bisa bertanggung jawab.

Brengsek. Bajingan. Pengecut. Itulah dirinya. Arden telah menyakiti seorang wanita yang sudah seperti saudara kandungnya sendiri. Ia sangat menyayangi Alena, tapi dirinya malah memberi wanita itu penderitaan sedalam ini.

Pikirkan saja, bagaimana penderitaan yang Alena alami gara-gara hamil di luar nikah? Ditambah lagi Arden tak bertanggung jawab karena harus menikahi wanita lain yang juga sedang hamil dan merupakan kekasih yang sangat dicintainya. Arden benar-benar telah menjadi manusia yang paling bejat di muka bumi ini. Ia lebih brengsek daripada pemain wanita di luar sana sekalipun.

Apa salah orang tuanya hingga bisa memiliki anak bajingan sepertinya? Arden sudah pasti akan mempermalukan orang tua yang sangat mencintainya dengan tulus karena perbuatan brengseknya itu.

"Maafin gue, Len. Maafin gue," gumam Arden lirih. Saat menemani Alena melakukan USG, juga saat menyentuh perut Alena, Arden bisa merasakan sesuatu yang tak biasa karena akan memiliki anak bersama sepupunya itu. Begitu juga halnya dengan apa yang dirinya rasakan terhadap Liora. Ia menyayangi kedua anaknya yang berada dalam perut Liora maupun Alena.

"Sayang... Kok kamu udah bangun aja sih?" tanya Liora dengan suara serak khas bangun tidur ketika mendapati Arden yang sudah terjaga. Diliriknya jam dinding yang baru menunjukkan pukul setengah lima. Itu berarti mereka baru tidur kembali selama satu jam lebih sedikit.

"Nggak apa-apa kok, Yang," sahut Arden seraya mengulas senyum. Diberinya kecupan mesra di kening Liora.

"Jujur, sebenarnya aku masih nggak nyangka kalo sekarang lagi hamil anak kamu, Yang. Nggak disangka banget kalo aku sama Alena hamilnya beriringan. Berarti nanti anak-anak kita lahirnya juga deketan kayak kamu sama Alena," ujar Liora sambil tersenyum.

Arden lebih tidak menyangka lagi karena akan memiliki anak dari dua wanita yang berbeda. "Iya, Yang. Aku harap, nanti kamu bisa nerima anaknya Alena juga ya," bisiknya pelan. Ya, ia harap Liora bisa menerima anaknya dari Alena juga.

"Iya dong. Alena 'kan udah kayak sodara aku juga, Yang. Bahkan, anaknya nanti boleh deh nganggep kamu sebagai Papanya. Soalnya kasian banget anaknya nanti, Yang. Lagian aku heran, kok bisa ada cowok yang tega ngehamilin dia tapi nggak mau tanggung jawab. Brengsek banget tuh cowok, Yang."

Our MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang