Chapter 24

1.2K 301 49
                                    

Terima kasih buat yang sudah mengingatkan lagi dan ngasih tau kekeliruanku soal poligami di nonislam yah. Lagi-lagi aku minta maaf banget 🙏 Next, aku akan coba lebih teliti lagi. Soalnya memang fatal sih. Kata baku & non baku, puebi dll aja aku sering riset, nyari tau dulu dan kadang masih suka kelewat. Begitu juga soal typo. Dan bagian ini aku benar-benar minta maaf banget. 

Nggak lama lagi, kita bakal pisah sama cerita ini kok. Tinggal 7 part lagi 🤗 Setelah itu aku tetap hiatus dulu sementara.

***

"Maaf karena nikahin lo dengan cara kayak gini. Dan maaf buat semuanya yang udah dan akan terjadi," bisik Arden pada Alena. Lelaki itu memajukan wajahnya kemudian mencium bibir Alena sebagai tanda kalau mereka sudah resmi menjadi suami istri. Ia mengecup dan melumat bibir sepupu yang sekarang sudah menjadi istrinya juga sama seperti Liora dengan gerakan lembut. Saat terdengar suara tepuk tangan pun, mereka masih berciuman. Hingga kemudian, Alena yang melepaskan tautan bibir mereka lebih dulu.

Acaranya sangat sederhana dan memang hanya sebatas pemberkatan nikah agar keduanya dinyatakan sah sebagai suami istri. Setelah acara selesai pun, Arden akan membawa Alena pulang untuk menemui Liora yang sengaja tak ikut menyaksikan pernikahan mereka.

"Gue pulang sama Mama dan Papa ya, Ar. Biar lo bisa tinggal berdua aja sama Liora," ujar Alena dengan senyum tulus menghiasi bibirnya. Ia juga melepaskan tangannya dari merangkul tangan Arden.

"Tapi, Len-"

"Gue beneran nggak apa-apa. Yang paling penting, anak kita punya status Papa yang jelas. Itu udah lebih dari cukup."

"Tapi, Alena. Kalian sudah menikah. Arden harus berbuat adil baik sama kamu maupun Liora," sahut Kafka menimpali pembicaraan mereka.

"Alena tau, Om. Arden bisa ngelakuin itu tanpa harus Alena tinggal seatap sama mereka 'kan? Arden masih bisa ke rumah kalo dia kangen anak kami. Tapi kalo untuk tinggal bareng, Alena nggak bisa. Alena perempuan, Om, Alena bisa ngerti gimana perasaan Liora," sahut Alena menjelaskan.

"Papa, Sayang. Mulai sekarang kamu sudah jadi anak kami juga," ralat Fira yang Alena balas dengan anggukkan kepala. Ia diapit oleh mamanya dan mamanya Arden yang sudah memeluknya untuk menguatkan.

"Gue nggak apa-apa. Beneran."

Arden mendekat dan langsung memeluk Alena untuk menggantikan orang tua mereka. Lalu dikecupnya puncak kepala wanita itu. "Lo emang wanita paling tegar yang pernah gue kenal. Lo wanita hebat, Len. Maafin gue karena cuma bisa nyakitin lo. Gue sayang sama lo," bisik Arden di telinga Alena.

"Gue juga sayang kok sama lo. Udah deh, mending lo pulang. Karena gue yakin Liora sekarang lagi nangis."

"Lo juga nangis."

"Gue nangis bahagia karena anak kita punya status, Ar."

Raihan mengusap wajahnya karena merasa sangat kasihan pada anaknya. Ia tahu kalau berada di posisi anaknya pastilah berat, tapi anaknya mencoba tegar dan ikhlas untuk menjalaninya.

"Apa nggak sebaiknya gue sama lo dulu? Kita baru aja nikah, Len," ujar Arden masih sambil berbisik. Ia hanya berusaha untuk menjaga perasaan Alena yang baru saja dirinya nikahi. Kalau sekarang Arden sudah meninggalkan Alena, tentu dirinya telah berbuat tak adil pada wanita itu.

"Emang kenapa kalo kita baru aja nikah? Kita nggak ngelakuin apa yang biasa orang-orang lakuin di malam pertama juga 'kan? Pulang aja. Nggak apa-apa. Nanti baru temui gue lagi kalo Liora udah baik-baik aja," sahut Alena seraya mendorong dada Arden. Namun, lelaki yang kini sudah berstatus sebagai suaminya itu malah menahan tangannya di dada.

"Emang lo nggak mau malam pertamaan sama gue?"

Alena memutar bola matanya malas. "Ar, please deh, jangan jadi brengsek. Lo itu udah punya Liora. Nggak cukup satu apa?" tanya Alena sedikit kesal. Kalau Liora tahu Arden seperti ini, wanita itu pasti sedih.

Our MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang