Chapter 1

2.9K 362 55
                                    

Seorang wanita cantik baru saja turun dari mobil yang tadi ditumpanginya. Dengan senyum menghiasi bibir ia menyapa pemilik rumah yang sedang menyiram tanaman bunga. Wanita itu bernama Liora dan kini sudah berusia dua puluh lima tahun.

"Sore, Tante," sapa Liora seraya bercipika-cipiki dengan sahabat mamanya, yakni tante Fira, sekaligus wanita yang telah melahirkan kekasihnya.

"Sore juga, Sayang. Sibuk banget ya kamu, sampai jarang main ke sini lagi," sahut Fira seraya menggenggam tangan wanita muda itu.

"Ya gitu, Tante. Kalian semua sehat, 'kan?"

"Kami sehat kok, Sayang. Kamu ke sini mau nyari Arden ya?" tanya Fira tepat sasaran. Ia pun membawa Liora melangkah memasuki rumah. Sudah lama rasanya Liora tak datang ke rumah karena kesibukan kariernya. Padahal dulu, hampir setiap hari Liora bermain bersama Arden.

Tak pernah Fira duga, kalau ucapannya yang ingin menjodohkan keduanya dulu malah hampir terlaksana. Bahkan bedanya, ia tak perlu menjodohkan, karena mereka sendiri yang memulai hubungan. Sebagai orang tua, ia hanya bisa mendukung. Apalagi jika Liora dan Arden sampai ke pelaminan, tentu persahabatannya dan Anya pun kian erat karena akan berubah menjadi besan.

"Tau aja sih, Tan," cengir Liora.

"Tuh anak dari pulang kerja tadi bawaannya badmood aja. Kalian berantem ya?"

"Cuma salah paham biasa kok, Tante. Biasa, jealous dianya," sahut Liora seraya terkekeh yang dibalas senyuman oleh Fira.

"Ya sudah, selesain masalah kalian. Jangan sampai berlarut-larut."

"Iya, Tan. Liora samperin Arden dulu ya," pamit Liora yang diangguki Fira. Kaki jenjangnya melangkah menaiki tangga untuk menuju kamar sang kekasih.

"Lagian, kenapa kalian nggak nikah aja sih, Sayang? Kalian udah sama-sama dewasa loh."

Terdengar ucapan Fira yang masih bisa ditangkap oleh telinga Liora. Ia menolehkan kepala untuk melihat mama dari kekasihnya itu. "Nanti kalo Arden udah ngelamar langsung sama Mama Papanya Liora," sahutnya seraya melanjutkan langkah hingga telah tiba di depan kamar sang kekasih. Tak perlu mengetuk pintu, langsung saja Liora membukanya.

Kosong, di kamar itu tidak ada siapa-siapa. Namun, Liora bisa mendengar suara gemericik air dari kamar mandi. Ia pun memutuskan untuk duduk di tepi kasur sang kekasih selagi menunggu.

Bibir Liora mengukir senyum begitu melihat terdapat photonya di kamar Arden. Bukan hanya satu, tapi beberapa buah photo. Ada photo saat mereka kecil, dan sampai sekarang sudah dewasa seperti ini.

CKLEK

Perhatian Liora teralihkan begitu ia mendengar suara pintu kamar mandi dibuka. Dari sana keluarkan laki-laki yang merupakan kekasihnya hanya dengan mengenakan handuk. Susah payah Liora berusaha meneguk liurnya ketika melihat betapa indahnya ciptaan Tuhan yang ada di hadapannya.

"Kamu ngapain di sini?"

Pertanyaan bernada datar itu mengembalikan Liora ke dunia nyata. Keningnya mengernyit saat menyadari kalau rupanya lelaki itu masih marah. Menghela napas, Liora pun bangkit dari tempat duduknya tadi kemudian melangkah menghampiri Arden. Ia peluk lelaki itu dari belakang, hingga membuat gerakan Arden yang ingin mengambil pakaian dari lemari terhenti.

"Kamu masih marah?"

"Menurut kamu? Cowok mana sih yang rela pacarnya dicium cowok lain?"

"Tapi itu cuma scene film, Sayang. Aku juga udah pernah bilang ke kamu 'kan? Lagian, cuma ciuman biasa aja kok. Yang luar biasanya 'kan masih sama kamu," bisik Liora menggoda di telinga kekasihnya itu. Kakinya mengenakan heels sehingga membuat tingginya hampir menyamai Arden.

Our MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang