PLAKKK
"Mama, Udah, Ma. Kasian Arden."
Alena memohon pada Lidya yang kembali mengayunkan tamparan ke pipi Arden. Ia merasa tak tega pada lelaki itu yang sudah babak belur karena mendapat pukulan dari papanya, papanya Arden sendiri, dan sekarang dari mamanya juga.
"Gue pantes ngedapetin ini semua, Len. Rasa sakit yang gue dapat, belum sebanding sama penderitaan lo gara-gara gue," sahut Arden yang Alena balas gelengan kepala.
Wanita itu menghampiri Arden lalu memeluknya. Ia benar-benar merasa kasihan saat melihat sepupu sekaligus ayah dari janin yang ada dalam kandungannya terluka seperti ini. Mereka berdua sama-sama salah, tapi hanya Arden yang dihukum.
"Jangan nangis, Len. Anak kita bisa sedih kalo tau Mamanya nangis," bisik Arden seraya mengusap punggung Alena ketika terdengar suara isak tangis wanita itu. Harusnya Alena merasa senang dan tidak boleh stres karena sedang hamil, tapi yang ada malah kebalikannya.
"Anak kita juga sedih kalo tau lo kayak gini," balas Alena yang bisa membuat sudut bibir Arden terangkat. Lelaki itu tersenyum tipis.
Raihan, Kafka dan seluruh anggota keluarga mereka yang lain masih terpaku karena tak tahu harus melakukan apa. Sekarang Alena tengah hamil, sementara Arden malah akan menikahi Liora yang juga sedang berbadan dua.
"Kalo sudah begini kejadiannya, apa yang bisa kamu lakuin buat tanggung jawab sama Alena, Ar? Apa?" tanya Raihan seraya mengusap wajahnya frustrasi. "Alena hamil anak kamu! Tapi kamu juga ngehamilin Liora. Bahkan kamu mau nikahin dia. Sementara Alena apa? Kamu buang begitu aja walaupun dia juga sedang hamil?" tambah Raihan lagi yang membuat Arden hanya bisa terdiam.
"Nggak gitu, Pa. Arden udah mau tanggung jawab pas awal tau kehamilan Alena. Tapi Alena yang nggak mau. Alena nggak pengen ngecewain kalian kalo semua ini terbongkar. Alena nggak mungkin nyakitin Liora. Karena apa yang Alena lakuin sama Arden itu nggak disengaja, Pa. Kami ngelakuinnya dalam keadaan nggak sadar karena pengaruh alkohol."
"Tetap aja intinya sekarang kamu lagi hamil. Calon cucu Papa terancam nggak punya orang tua yang lengkap, Alena. Mau nggak mau, kamu juga harus nikah sama Arden," ucap Raihan pada anaknya.
"Pa-"
"Papa kamu benar, Alena. Biar bagaimanapun Arden tetap harus bertanggung jawab sama kamu. Om tau, mungkin ini berat buat kamu sama Liora, tapi Arden memang harus menikahi kamu demi bayi kalian, cucu Om juga," ujar Kafka kembali buka suara.
Kafka merasa malu karena perbuatan Arden, tapi biar bagaimanapun Arden tetaplah anak kandungnya. Yang sekarang dikandung Alena dan Lioara pun sama-sama cucunya. Tak adil rasanya kalau Arden hanya menikahi Liora, sedangkan Alena tidak.
"Mas benar-benar minta maaf sama kalian, Rai. Maaf karena nggak bisa ngedidik Arden dengan baik. Sampai-sampai dia bisa ngehamilin Alena sekaligus Liora," sesal Kafka. Selama ini dirinya berpikir sudah melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tapi ternyata tidak. Ia gagal menjadi seorang ayah yang baik.
"Ini bukan salah Papa. Papa udah jadi Papa yang baik buat Abang. Abang yang salah dan nggak tau diri, Pa. Maafin Abang karena udah bikin kalian semua kecewa," sahut Arden tak terima dengan ucapan papanya. Semua ini kesalahannya, bukannya sang papa.
"Bukan salah lo, Mas. Lagian semuanya juga sudah kejadian. Gue harap, Arden tetap bertanggung jawab pada Alena. Gue nggak mau kalo Arden menikahi Liora, sementara Alena harus menanggung kehamilannya sendiri."
"Alena nggak apa-apa, Pa. Arden nggak perlu nikahin Alena. Kami nggak saling cinta, yang ada pernikahan kami cuma bakal nyakitin satu sama lain, ditambah lagi Liora," ujar Alena kembali membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Mistake
RomanceSeluruh anggota keluarga dibuat terkejut kala mengetahui Alena mendatangi klinik untuk melakukan aborsi demi menggugurkan janin yang tengah bersemayam di rahimnya. Mereka tak ada yang tahu kalau Alena tengah hamil mengingat gadis itu memang belum me...