Chapter 28

1.6K 254 41
                                        

Extra part lagi proses upload ke Google Play Store, tungguin aja ya.... Sementara yang beli di KaryaKarsa dikirim pdf melalui email. Silakan cek email kalian masing-masing yang terdaftar Karyakarsa.

Oh ya, buat yang suka ceritanya, silakan kasih bintang 5 dan ulasan yang menarik di Play Store. Yang nggak suka, tolong jangan menjelek-jelekkan dan menjatuhkan🙏

Thank you!

***

Alena meraih concealer untuk menyamarkan tanda merah mahakarya bibir suaminya yang terdapat di leher dan pundaknya. Wajahnya tak ayal memanas kala mengingat perbuatan mesum mereka saat di kamar mandi tadi.

"Lo sekarang jadi napsuan sama gue ya, Ar. Dulu aja bilangnya nggak napsu karena lebih seksi Liora dibanding gue," cibir Alena saat teringat ucapan Arden beberapa waktu lalu sebelum mereka terlibat hubungan ranjang yang tak disengaja.

"Dulu sama sekarang ya beda, Len. Sekarang itu kita udah nikah dan sah-sah aja kalo gue napsu sama lo. Iya 'kan?" tanya Arden seraya menghampiri Alena lantas memeluknya dari belakang. "Lagian gue cuma bercanda pas bilang itu, karena sebenarnya lo seksi kok, serius," bisik Arden di lekukan leher Alena.

"Gombal! Lo bilang gitu karena udah pernah nyentuh gue aja. Biar gue tersanjung dan mau pas lo ajak berhubungan lagi," sahut Alena seraya melepaskan pelukan Arden dari perutnya.

"Nggak gitu, Alena sayang. Gue serius tau. Tapi emangnya lo nggak mau ngelakuin itu lagi sama gue? 'Kan enak, iya nggak?"

"Enak sih enak, tapi jangan maruk juga kali. Apalagi lo udah punya Liora. Keenakan di elo kalo dapat jatah sebagai suami terus dari kami berdua."

"Iya deh iya, jangan cemberut lagi dong, Len. Nanti yang dipikir keluarga kita, gue nggak bisa muasin lo," tukas Arden yang langsung mendapat cubitan maut dari Alena.

"Omongan lo ih! Ya jangan sampai keluarga kita tau, kalo kita udah begituan, Arden!"

"Susah, Len. Soalnya mereka pasti udah nebak itu karena kita telat keluar kamarnya. Apalagi sampai nggak ikut sarapan dan bolos kerja."

Alena terdiam karena membenarkan ucapan sang suami. Harus bagaimana Alena bersikap jika berhadapan dengan keluarganya nanti? Sebab, ia merasa malu karena tak kunjung keluar kamar di saat ada Arden bersamanya.

"Nggak usah terlalu dipikirin. Toh kita udah nikah, keluarga kita juga bisa nerima itu. Tapi gue minta maaf karena nggak bisa ngadain rsepsi buat lo. Maaf karena nggak bisa bikin lo jadi ratu sehari di pernikahan kita. Maaf-"

"Arden, udah! Jangan melow lagi," potong Alena langsung karena tak ingin Arden menyalahkan dirinya terus-menerus. Ia setuju menikah dengan lelaki itu hanya untuk calon anak mereka. Sehingga tak masalah mau bagaimanapun acaranya, yang terpenting pernikahan mereka tercatat resmi.

"Iya," sahut Arden seadanya. Ia menggerakkan tangan menuju perut Alena untuk mengelusnya. Setelah itu pun, Arden menunduk kemudian mengecup perut Alena. "Papa sayang kamu, sayang Mama juga."

"Dia juga sayang sama lo. Udah deh, mending lo pulang buat nemuin Liora. Temenin dia aja kalo beneran nggak ke kantor."

Alena sadar kalau sejatinya Arden memang bukan miliknya, tapi milik Liora. Sehingga setelah dirinya selesai meminjam Arden, ia pun harus mengembalikan lelaki itu pada pemilik aslinya.

"Hm. Ngomong-ngomong, Liora ngajak lo buat tinggal bareng," ujar Arden yang teringat perkataan istri pertamanya itu sebelum dirinya menemui Alena.

"Nggak, Ar. Gue di sini aja. Biar gimanapun gue ini cewek, gue bisa ngerti gimana perasaan Liora. Meskipun lo bilang, dia yang nyuruh lo buat ngasih hak gue sebagai seorang istri, tapi dia pasti sakit hati kalo tau kita beneran udah ngelakuin itu. Jadi sama gue sewajarnya aja ya. Ada Liora yang perasaannya harus lo jaga. Soalnya selama ini yang Liora pikir, dia bakal jadi satu-satunya buat lo, Ar. Bukannya malah dimadu," sahut Alena seraya mengulas senyum tulus pada Arden.

Our MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang