📚Selamat membaca📖
Devan datang seorang diri ketempat basket dan yang ternyata disana juga tidak ada keberadaan Alvaro dan Aldo, Devan merengut kesal padahal dia sudah terlambat datang tapi sahabatnya itu masih saja belum muncul batang hidungnya.
“Al lho ada dimana sih, katanya mau latihan basket?” Devan terpaksa menelvon Alvaro karna dia sangat yakin kalau Aldo pasti sedang berduaan dengan Naya.“Maaf Van Alvaro lagi dirumah sakit sebaiknya lho kesini ajha deh”
Devan malah terheran heran suara Alvaro tiba tiba berubah perempuan, Devan kembali melihat layar handpone nya takut salah nomor tapi benar nama Alvaro.
“Ini Alvaro kan?” tanyanya lagi
“Gue Vera Devan.... Alvaro lagi dirumah sakit, sebaiknya lho kesini deh”Devan langsung mematikan secara sepihak mendengar Alvaro masuk rumah sakit dia langsung hawatir apalagi selama ini setahu dia Alvaro jarang kerumah sakit sesakit apapun atau emang kali ini Alvaro segitu parahnya sampai dilarikan kerumah sakit, tapi Devan segera menepis pikiran buruknya itu. Devan mencoba mencari keberadaan Aldo yang dia yakini pasti dsedang bersama Naya dan benar Devan menemukan tuh bocah sedang ditaman berduaan.
“Do ayo ikut gue” Aldo dan Naya dibuat kaget dengan kedatangan Devan yang secara tiba tiba.
“Main basket kan?” Devan mendecah kesal.
“Alvaro masuk rumah sakit”
“Beneran lho Van? Yaudah kamu ikit aku ajha Nay” mereka langsung pergi kerumah sakit.
Dirumah sakit Devan dan Aldo langsung menyerbu sahabatnya itu, Devan dan Aldo benar benar sangat khawatir tapi ternyata sampai dirumah sakit tuh anak malah asik berduaan dengan Vera dan tak lupa mereka menyalami bokap Vera sopan. “Lho tuh ya Al bikin kita khawatir ajha tapi ternyata malah berduaan” Vera sudah ingin menyanggah ucapan Devan tapi papanya sudah keburu bicara.
“Ya udah Ver kita pulang ajha, nak Alvaro kan udah pada datang temen temennya lagian papa bentar lagi bakal ada miting”Vera menedengus kesal. Kalau papanya nanti berangkat miting Vera bakal sendirian lagi, Vera menatap Alvaro sendu tapi yang ditatap mencoba tersenyum meskipun tidak rela ditinggalkan Vera mengerti tatapan Alvaro, lagian kalau ikut pulang dia bakal kesendirian mending dia barengin Alvaro ajha.
“Vera mau disini dulu ya pa sama temen temen? Boleh ya?” siapa coba yang mau menolak kalau wajah menggemaskannya itu sudah dikeluarkan.
Alvaro dan sahabatnya pun juga ikutan senyum senyum karna setahu mereka Vera itu orangnya yang pendiam dan cuek tapi jangan lupa tidak ada kata pendiam jika sudah bersama Alvaro.
“Yaudah kalau gitu tapi kalok nanti udah mau pulang von papa ya?” sebelum papanya benar benar pergi Vera masih mengatakan sesuatu. “Pa kalok mama nanyain aku bilang lagi kerja kelompok ya pa,” ucapnya cengengesan.Papanya mengacak ngacak rambut anak semata wayangnya itu karna gemas. “Tenang serahin ajha semuanya sama papa ok,” ucapnya seraya mengedipkan sebelah matanya.
Papanya memang selalu is the best dan pengertian buat Vera, tidak menuntut, santuy dan humoris jauh berbeda denagn sifat mamanya yang otoriter.
“Wah kalau punya bokap kayak Vera enak tuh saling kompromi” celetuk Devan disela sela hening. Vera hanya menanggapinya dengan tersenyum.
“Tunggu tunggu gue masih penasaran dengan yang tadi kalian mau nge prank atau gimana sih gue udah khawatir tau takut lho udah sekarat Al” spontan Alvaro langsung menendang kaki Devan, Aldo tertawa puas sedangkan Devan meringis kesakitan.
“Mulut tuh dijaga emang lho mau gue sekarat? Dasar lho ya teman laknat lho “
“Yaelah Al habis suara Vera itu panik banget dan setahu gue lho sesakit apapun tidak pernah kerumah sakit kalau gak sekarat ya apalagi”
“Ya namanya juga khawwatir,” ucap Vera ragu ragu
“Khawatir nih? Beneran?” Alvaro menggoda Vera membuat si empu dibuat merinding dan ditempat yang salah.
“Ya siapa yang gak khawatir coba lihat lho gak dikeroyok seperti itu, jangan geer gue nolongin lho karna papa”
“Terus yang mel...” Vera yang mengerti akan arah pembicaraan Alvaro langsung mendekapnya. “Apa lho..? awas lho ya” ancamnya. “betah juga tangan lho ya Ver” Vera langsung melepaskannya dengan kasar.
“Do aku pulang dulu ya aku ditelfon Nadin tadi” bisik Naya pada Aldo.
“Yaudah pulang bareng aku”
“Bro gue balik dulu ya sama Naya” pamitnya yang dibalas anggukan oleh Alvaro.
“Udah beda ya kalok udah punya pasangan, nasib nasib,” ucap Devan dramatis. Alvaro dan Aldo tak meladeni yang otaknya emang sedikit geser.
Sesampainya dirumah Nadin ternyata Rena masih belum juga masuk masuk, naya segera menghampirinya. “Ren kok lho belum masuk?”
“Gue nunggu lho kayaknya didalam Nadin lagi gak baik baik deh” mereka langsung masuk dan sampai didalam ternyata benar wajah Nadin sudah tidak seperti biasanya. Rena dan Naya menghampirinya hati hati.
“Kalian kemana ajha sih gue butuh kalian, kalian ngerti gak sih,” bentak Nadin frustasi. “Lho kenapa Nad cerita dong,” ucap Rena dengan duduk didekat Nadin begitupun juga dengan Naya. Bukan cerita Nadin malah menangis.
“Lah kok malah mewek sih”
“Gue capek gak ada yang mau ngertiin gue, apalagi nyokap sama bokap mereka hanya sibuk dengan pekerjaannya mereka sama sekali tidak peduli pada anaknya” cerita Nadin terengah engah.“apalagi tadi gue ketemu Alvaro dibopong sama Vera itu kan seharusnya gue” lanjutnya.
Naya hanya menjadi pendengar setianya, apalagi tadi dia bukan hanya tahu tapi ketemu dengan Alvaro dan Vera.
“Gimana kalau kita ke taman ajha biar pikiran lho jadi fres gitu” usul Rena
“Yaudah deh kalau gitu gue ganti baju dulu” seperginya Nadin tak ada yang bicara antara Rena dan Naya. Naya khawatir hubungannya sampai diketahui oleh ke 2 sahabatnya.“Nay lho punya hubungan serius kan sama Aldo?” tanya Rena spontan Naya dibuat kaget olehnya. “Aldo?” suara Nadin mengangetkan mereka berdua, apalagi Naya dia benar benar statusnya dengan Aldo akan terbongkar hari ini juga.
“Aldo? Aldo siapa sih Nad lho salah denger kita itu tadi bicara Edo itu kelas sebelah yang suka tidur dikelas” Naya sangat lega mendengar ucapan Rena.
*@*
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVERA
Teen FictionALVARO SYAHRENDRA semenjak ke2 orang tuanya memilih bercerai dan nyokap nya yang memilih dengan dunianya sendiri, tidak ada lagi kasih sayang Alvaro rasakan membuat Alvaro sangat membenci sosok perempuan, tapi karena sebuah accident Alvaro di...