📚Selamat membaca📖
"Assalamualaikum” Mely dan Indah celingukan rumah Vera terasa sangat sepi seperti tak ada tanda-tanda kehidupan, tapi tiba-tiba mereka tersenyum saat muncul tante Velin, nyokap Vera.
“Waalaikumsalam, eh Mely dan Indah” mereka langsung menyalami tangan Velin.Sebagai tanda hormat apalagi itu orang tua Vera yang harus dihormati, meski sifatnya sangat menyebalkan jauh berbeda dengan anaknya yang sangat santun.
“Vera ada tante?” tanya Mely.
“Ada langsung ajha ke kamarnya ya, soalnya tante harus pergi” Mely dan Indah mengangguk dan langsung pergi menuju kamar Vera.
Mely dan Indah bukan hanya sekali kerumah Vera, dulu malah lebih sering jadi jangan Heran kalau mereka langsung nyelonong tanpa bertanya dimana kamar Vera.
“Vera...” Vera terlonjak kaget dengan tiba-tiba kedua sahabatnya muncul dari belakang.“Indah, Mely... kalian ngaget-ngagetin ajha” Mely dan Indah hanya cengengesan dengan melempar tasnya ke kasur Vera.
“Anggap saja rumah sendiri” sindir Vera tanpa menoleh.
“Kan memang seperti itu,” ucap Mely dengan duduk didekat Vera yang memang tersedia tempat duduk didekat meja belajar khusus. Begitupun juga dengan Indah yang ikut nimbrung.
“Sekarang lagi libur Ver, lho gak capek apa? Belajar terus, gak puyeng pala lho” Mely mengangguk-ngangguk menyetujui ucapan Indah.
“Ya mau gimana lagi, gue bosen dirumah sendirian dari pada tidur mending belajar kan?” Indah manggut-manggut paham. Vera memang tidak bisa diragukan jika masalah belajar, bagi Vera belajar adalah hobinya.
“Tapi gue bersyukur banget kalian kesini gue jadi gak kesepian”
“Kalau memang lho kesepian kenapa lho gak hubungi kita sih Ver? Kita sahabat sudah lama tapi lho masih ajha tetap sungkan” Vera hanya tersenyum. Indash jadi teringat pada nyokap Vera yang tadi katanya ingin pergi.
“Ver, tadi gue ketemu tante Velin diluar tapi katanya mau pergi. Emangnya mau kemana?” Vera tersenyum miris.janji yang Velin ucapkan pada Vera waktu itu seakan hanya sebuah senjata supaya Vera kembali lagi kerumah.Sama sekali tak ada perubahan bahkan sifat otoriternya masih tetap sama dan selalu sibuk, bahkan diwaktu senggang seperti saat ini Velin tetap saja sibuk. Masalah papanya yang selalu sibuk bagi Vera tak masalah, karena seorang ayah memang kewajibannya mencari nafkah. Tapi mama? Seorang mama itu membimbing anaknya bukan juga ikut-ikutan sibuk mencari uang.
“Biasa Dah, mau kemana lagi kalau bukan ke butik. Aku sudah biasa ditinggal sendiri. Bahkan rumah yang sebenarnya menjadi tempat ternyaman bagi semua orang malah menjadi tempat terburuk bagi gue” Mely paham apa yang dirasakan Vera, karena Mely jugapernah merasakannya sama sekali tak jauh berbeda dengan Vera.
“Tapi ngomong-ngomong pembantu lho mana? Kok gak kelihatan”
“Owh bik inah lagi pulang kampung anaknya sakit” Vera langsung mengajak Indah dan Mely ketaman belakang rumahnya, dari pada saling pada diam.
“Taman lho sudah direnovasi ya Ver?” Mely menatap sekeliling taman yang sudah banyak berubahnya itu. Semakin cantik dengan tambahan macam-macam bunga dan ayunan yang menambah taman menjadi semakin unik.
“Iya waktu gue pulang kesini keadaan taman sudah menjadi seperti ini” mereka menuju ayunan layaknya anak kecil, tertawa bahagia bersama.Vera jadi paham kenapa sahabatnya termasuk dalam kategori orang berharga, karena sahabat orang yang selalu ada disaat kita terpuruk maupun bahagia.
Serasa sudah lelah bermain ayunan mereka balik kekamar Vera. Lagi-lagi tidak selang berapa lama Mely kembali bercerita yang entah itu apa, yang jadi pendengar Vera karena Indah sedari tadi sudah sibuk dengan handponenya. Handpone Vera bergetar yang ternyata dari Alvaro.“Lho chattan sama siapa sih Ver? Dan lho juga Dah? Kalian gak dengerin gue cerita ya?” Vera dan Indah saling tukar pandang. Habis ceritanya dari tadi tidak ada bersambungnya sama sekali, kalau cerewet memang tidak ada capeknya bicara panjang lebar, dan buktinya Mely dari tadi nyerocos tiada henti.
“Gue perhatiin tadi lho senyum-senyum, atau jangan-jangan lho lagi chattan sama Alvaro?” Mely menatap Vera penuh selidik.Mely bukan sahabat yang suka melarang-larang sahabatnya sendiri dalam bergaul, tapi masalahnya ini Alvaro yang selalu membuat hidup Vera tidak tenang ditambah dengan hadirnya Nadin yang mengaku pacar Alvaro. Mely cuman tidak ingin Vera celaka.
“Lho masih ngelanjutin jadi pacar settingannya Alvaro? Lho kenapa sih Ver? Lho sudah kemakan rayuan Alvaro? Sampai luluh seperti ini” Vera juga bingung dengan sendirinya.Vera hanya mengikuti kata hatinya saja dia rasa Alvaro butuh sosok dirinya. Vera telah nyaman dengan Alvaro. Karena rasa nyaman itu lebih dari kata cinta.
“Lho tenang ajha Mel, gue bisa jaga diri gue sendiri”
“Iya gue tahu Ver tapi ingat Nadin yang ngaku-ngaku jadi pacar Alvaro itu tidak akan tinggal diam kalau masih lihat lho deket sama Alvaro” Vera paham maksud Mely yang sangat menghawatirkannya. Tapi Vera percaya pada Alvaro dia tidak bakal tinggal diam kalau sampai Nadin kembali ber ulah, bukan karena sok percaya diri tapi Alvaro selalu mengatakan untuk menjaganya apalagi dari Nadin.
“Gue tahu lho khawatir dengan keadaan gue, lho jangan risau dan semoga ajha Nadin tidak lagi ber ulah,” ucapnya santai.Jika beradu mulut dengan Vera, Mely pasti akan kalah karena keras kepala seorang Vera tidak bisa ditandingi, lebih baik menyerah saja.
“Udahlah kenapa jadi berantem sih, emang lho pacaran settingan Ver sama Alvaro?” Indah sudah paham dengan sifat Mely yang ngambekan jadi dapat dimaklumi, kini Indah tak lagi mempermasalahkan Mely tapi rasa tahunya tentang hubungan Alvaro dan Vera yang membuat Indah penasaran.
“Alvaro memang nganggep kita pacar settingan, tapi gue? Cuma teman”
“Kalau cuman teman gak bakal chattingan sampai senyum-senyum segala” Indah yang merasa ada aura tidak nyaman dari keduanya langsung mengalihkan topik.“Tapi kalau dipikir-pikir Alvaro itu romantis lho Ver sama lho, gue ngerasa setiap perlakuan Alvaro sama lho itu tulus” muka Mely sudah ditekuk dari tadi ditambah dengan Indah yang sama tidak mengubrisnya.
“perhatiannya itu lho Ver, so sweet tahu ditambah lagi humoris, idaman gue banget tahu”
“Ada-ada ajah lho Dah” mereka sibuk dengan ceritanya, Mely mungkin sudah tertidur dari saking keasikan bercerita Vera dan Indah tidak nyangka ternyata sudah sore.
*@*
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVERA
Teen FictionALVARO SYAHRENDRA semenjak ke2 orang tuanya memilih bercerai dan nyokap nya yang memilih dengan dunianya sendiri, tidak ada lagi kasih sayang Alvaro rasakan membuat Alvaro sangat membenci sosok perempuan, tapi karena sebuah accident Alvaro di...