Flas back on
“Saya sudah bilang sama kamu jangan pernah dekati anak saya lagi, karena bergaul dengan kamu Vera menjadi membangkang sama orang tuanya” Velin menatap Alvaro tajam lain dengan Alvaro yang hanya menunduk, nakal memnag pantas untuk Alvaro tapi dia masih mengutamakan sopan santun apalagi itu kepada orang yang lebih tua. Vera heran dengan Alvaro yang hanya diam tidak ada niatan membalas perkataan Velin, tatapan Vera beralih pada Velin.
“Cukup ma, aku seperti ini bukan karena pengaruh dari Alvaro tapi ini aku yang sebenarnya lebih tepatnya aku berubah membangkang seperti ini itu semua karena mama” bentak Vera seraya menekan kata membangkang sambil menunjuk-nunjuk mamanya, tidak ada lagi tatapan teduh melainkan berbah kebencian. Plakkkk... Velin menampar Vera yang pertama kalinya, dengan penuh kesadaran Velin melakukannya karena itu semua karena sifat Vera yang tidak lagi mau menuruti keinginannya lagi.
“Aku benci mama” teriaknya didepan wajah Velin.
“Asal kamu menurut apa yang mama bilang mama gak akan seperti ini, ayo ikut mama” Velin menarik tangan Vera yang satunya masih menggenggam tangan Alvaro.
“Nggak aku gak mau, Alvaroooo” hati Alvaro sakit saat melihat air mata itu keluar dari mata Vera, meskipun Vera mencoba menantang tapi Vera tetap kembali menjadi sosok lemah. Begitu sulitkah hubungannya dengan Vera? Alvaro saat pundaknya ada yang menyentuhnya.
“Om kali ini tidak bisa membantu kamu Alvaro, om terlalu lemah kalau sudah berhadapan sama Velin” Alvaro menatap bokap Vera tersenyum sudah cukup bokap Vera menjadi pembela dari dulu.
“Gak apa-apa om kali ini biar Alvaro yang mengatasi sendiri, dari dulu om selalu membantu banyak Alvaro, cinta memang butuh perjuangan” disaat kita saling mencintai tapi takdir seakan berkata lain, disaat takdir menyatukan tapi kita yang menyia-nyiakan kesempatan emas itu, dalam kehidupan memang harus bermain-main dulu sebelum kita sampai tujuan hidup yang sebenarnya. Tidak ada takdir yang salah tapi dalam cinta memang akan ada yang namanya perjuangan, apapun hasilnya nanti.
Flas back off
Alvaro tidak bisa untuk tidak memikirkan Vera apalagi kejadian tadi membuatnya sangat khawatir, Alvaro beneran tidak fokus sampai tidak menyadari dengan seseorang yang sedang mengikutinya. Braaakkkk sepeda Alvaro oleng dengan tidak keseimbangan Alvaro terjatuh dan untungnya dia masih bisa mengarahkan hingga Alvaro terjatuh pada rerumputan, seseorang langsung menyerbunya dalam keadaan tidak siap Alvaro tidak bisa mengelak tanpa ampun orang-orang itu membabi buta Alvaro mengenali orang itu. “Randy” pekiknya. Dengan sempoyongan Alvaro mencoba bangkit untuk melawan dan lagi-lagi Randy kembali menyerangnya. Bayangkan saja tiga lawan satu tapi dua orang itu bukan Alan dan Jacky.
“Bajingan lho mainnya keroyokan” Alvaro menoleh saat Devan dan Aldo tiba-tiba datang entahlah dari mana mereka tahu padahal Alvaro tidak menghubungi sahabatnya itu tapi biarkanlah yang penting sekarang Alvaro selamat, dengan satu pukulan Randy roboh Aldo dan Devan langsung membabi buta Randy dan teman-temannya itu, akhirnya mereka pergi.
“Lho gak apa-apa Al?” Aldo menghampiri Alvaro yang sudah tergeletak dan untungnya Alvaro masih bernafas, sahabat laknat emang.
“Lho masih hidup kan Al?” Alvaro menjitak kepala Devan habis mulutnya gak pernah di filter tapi Alvaro paham dengan sifat Devan yang memang sedikit miring.
“Gini nih kalau punya sahabat yang tahunya nyakitin” dramatis Aldo. Sejak kapan Aldo sekarang malah suka alay bahkan melebihi alaynya Devan.
“Bantuin gue mau pulang, nyokap pasti nungguin gue dirumah, tapi tunggu lho pada kenapa pas banget gitu datang tepat waktu” Devan mengambil motor Alvaro yang tergeletak dipinggir jalan, giliran Aldo yang menjelaskan pada Alvaro.
“Alan sama Jacky yang bilang kalau Randy bakal balas dendam sama lho dan mereka juga bilang kalau Randy gabung sama geng pedofil”
“Tapi gue heran kenapa mereka malah ngasih tahu sama kita apalagi Alan yang jelas-jelas sama gue gak care” Alvaro mengangkat bahunya acuh dia gak mau ambil pusing yang penting Alvaro harus berterima kasih bagaimanapun juga menyelamatkannya.
Lastri sedari tadi tidak bisa tenang karena Alvaro tidak kunjung pulang padahal Alvaro mengantar Vera pulang jam 15:00 dan sekarang sudah jam 21:45.
“Kamu kemana sih nak jangan buat mama khawatir” batin lastri dalam hatinya. Sangat terpancar kehawatiran diwajahnya karena semenjak Lastri baikan dengan anaknya, Alvaro selalu pamit kalau ingin keluar tapi sekarang malah tidak ada kabarnya, Lastri langsung keluar saat mendengar bunyi mobil diluar berharap anaknya yang datang, dari saking antusiasnya Lastri sampai lupa kalau Alvaro tidak pernah mengendarai mobil.
“Lastri” orang itu bukan Alvaro melainkan Heri orang yang pernah mengisi hatinya dan yang menghancurkan keluarganya, Lastri langsung menghempaskan tangan Heri kasar Lastri tidak ingin mengingkari janjinya sendiri.
“Kamu kenapa sayang tidak mengabari aku lagi? Kamu tahu aku sangat merindukanmu, apa kamu tidak merindukanku?” jujur Lastri sangat merindukannya dan masih mencintainya tapi dia tidak boleh menuruti egonya, sekarang kebahagiaan Alvaro yang lebih penting.
“Aku mau mengakhiri semuanya mas cukup selama ini Alvaro tersiksa karena aku, seharusnya kita tidak melakukan ini kita banyak menyakiti orang disekitar kita mas” Heri menggeleng-geleng dia tidak suka melihat Lastri yang menyerah begitu saja, ini semua memang salah tapi Heri sudah terlanjur mencintai Lastri.
“Aku cinta sama kamu mas tapi aku gak bisa lanjutin hubungan ini, dan aku mohon kembalilah sama Saras kamu dan Saras berhak bahagia, aku gak mau ngehancurin hubungan kalian”
“Tap...”
“Lepaskan tangan mama saya” lantas Lastri dan Heri menoleh pada suara lantang itu. Alvaro menghampiri Lastri sambil dipapah oleh Devan dan Aldo.
“Alvaro kamu kenapa sayang?”
“Jangan pernah ganggu mama saya, lebih baik om kembali pada keluarga om Herim, dari dulu saya mencoba menghormati om karena paman saya, saya mohon jangan sampai saya melakukan kekerasan” Heri menatap Lastri yang seakan menyuruhnya untuk pergi apalagi keadaan Alvaro sedang kacau. Heri menghela nafas mungkin ini memang jalan takdir mereka yang tidak bisa bersatu. Kenapa dari dulu Heri lebih menyukai seorang Alvaro dari pada Randy yang jelas-jelas anaknya sendiri karena kesopanannya itu yang sangat melekat dalam diri Alvaro. Seperginya Heri, Aldo dan Devan juga berpamitan untuk pulang. Sekarang Alvaro berada di ruang tamunya sedang diobati sama Lastri.
“Jangan bilang ini semua ulah Randy?” ucap Lastri sambil menaruh baskom yang terisi air panas itu ke atas meja.
“Udahlah ma gak usah di bahas lagi, udah malam nih mama istirahat dan aku mau istirahat aja, capek” Alvaro hanya mencoba mengalihkan dari pertanyaan Lastri bagaimanapun juga ini kesalahan mamanya, dimana-mana seorang anak tidak akan membiarkan orang tuanya terluka.
Alvaro menghempasakan tubuhnya kekasur menatap langit-langit kamarnya mengingat kejadian seharian ini, berdamai dengan Mely, pertentangan dengan nyokap Vera, dan serangan Randy tiba-tiba handponenya berbunyi membuat Alvaro tersadar dari lamunannya, tapi Alvaro sedikit dibuat terkejut nama Vera terpampang dilayar handponenya.
“Angkat nggak ya?” Alvaro dibuat bingung, nggak diangkat tapi penasaran dan khawatir takut terjadi sesuatu pada Vera diangkat keadaannya tidak memungkinkan. Tanpa ragu Alvaro langsung mengangkat video call dari Vera.
“Al Lho kenapa? apa yang terjadi sama lho atau jangan-jangan ini ada sangkut pautnya sama bodygurd mama ya” Vera masih genap memakai seragam sekolah matanya bengkak dan pastinya itu karena kejadian tadi.
“Nggak bukan tapi kamu gak apa-apa kan? Mata kamu lucu” Vera tersadar matanya pasti bengkak gara-gara kejadian tadi tapi Vera tidak mempersalahkan hal itu.
“Jangan mengalihkan pembicaraan Alvaro bukan waktunya bergurau, kamu selalu buat aku khawatir deh” terpampang jelas wajah Vera yang menampakkan khawatir ditambah sedikit marah.
“Maaf Ver gak maksud buat kamu khawatir, besok kita ketemu tempat biasa aku janji bakal cerita semuanya” Vera mengangguk namun masih ada kejanggalan mengingat kejadian kemarin Vera tidak yakin mamanya akan membiarkan Vera pergi dari rumahnya.
“Aku jemput aja ya besok?” Vera segera menggeleng cukup kemarin dia menyusahkan Alvaro. “Gak usah Al besok aku bakal usahain dateng” suasana menjadi hening tidak ada lagi yang bersuara Vera sibuk dengan pikirannya.
“Aww” spontan Vera menoleh pada layar handponenya yang sedang menampakkan Alvaro sedang meringis kesakitan.
“Al kamu gak apa-apa kan? Apanya yang sakit sih? Al kok gak dijawab sih, tapi kamu gak apa-apa kan?” tawa Alvaro langsung pecah melihat raut khawatir Vera yang menurutnya sangat menggemaskan, sedangkan Vera dibuat bingung bukannya menjawab malah tertawa tidak jelas bikin merinding saja.
“Al kamu kenapa sih tadi kesakitan sekarang ketawa gak jelas, kamu jangan bikin aku takut deh”
“Emang takut kenapa orang aku Cuma...”
“Jangan bilang lho tadi Cuma bercanda?” timpal Vera. Vera langsung yakin kalau tadi Alvaro hanya bercanda sumpah rasanya ingin buang Alvaro ke sungai apalagi sedari tadi tawanya belum juga reda.
“Gak lucu Al aku tadi beneran takut kamu kenapa-kenapa, sekarang bukan waktunya bercanda gak lucu” Alvaro menelan salivanya gusar melihat Vera sangat marah padahal niatannya Cuma sekedar iseng tapi malah berujung petaka.
“Ver aku minta maaf aku kan Cuma iseng tadi janji deh gak bakal ulangin, aku Cuma pengen ngehibur kamu supaya gak terlalu tegang, maaf ya sayang” blusss... wajah Vera langsung merah mendengar kata manis dari Alvaro yang dibumbuhi kata sayang, Vera memang sudah berubah tapi sifatnya masih seperti dulu paling tidak bisa di baperin.
“Alvaro... gak usah senyum-senyum deh jadi merinding”
“Ya ampun jahat banget sama pacar sendiri emang aku hantu bikin kamu merinding” seketika Vera langsung teringat dengan perbincangannya dengan Indah tadi tentang perpindahan Nadin kesekolahan Nusa Bangsa.
“Bilangnya aku yang buat merinding tapi kayaknya kamu deh Ver, dikit-dikit ngelamun jangan-jangan kamu kerasukan ya?” Vera masih bisa mendengar jelas perkataan Alvaro, Vera langsung menatap Alvaro.
“Isshh apaan sih, Al” Alvaro membalas tatapan Vera.
“Nadin mau pindah ke Nusa Bangsa” simple namun membuat Alvaro banyak berfikir dan kalaupun itu terjadi dia akan menjaga Vera dari amukan setan seperti Nadin. “Kamu takut aku berpaling sama Nadin?” Alvaro mencoba bergurau untuk mengurangi ketakutan Vera, Vera pasti takut mengingat kejadian yang pernah dialaminya meskipun sekarang dia telah menemukan jati dirinya tapi Vera tetap tidak akan bisa seperti Indah.
“Al aku serius aku cuman takut dia semakin ngelunjak apalagi satu sekolah aku bisa saja melawan tapi aku paling tidak suka membuat masalah disekolah”
“Iya aku tahu kamu tenang aja ada aku dan sekarang Indah sudah kembali seperti dulu dia pasti gak bakalan biarin kamu celaka apalagi Mely” tapi Vera masih tetap saja takut dan khawatir akhirnya mau bagaimanapun Alvaro mencoba membuatnya mengerti kalau orang disekitarnya kan selalu menjaga dirinya.
*@*
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVERA
Teen FictionALVARO SYAHRENDRA semenjak ke2 orang tuanya memilih bercerai dan nyokap nya yang memilih dengan dunianya sendiri, tidak ada lagi kasih sayang Alvaro rasakan membuat Alvaro sangat membenci sosok perempuan, tapi karena sebuah accident Alvaro di...