part 50

0 0 0
                                    


   📚Selamat membaca📖

"Kantin yuk” ajak Mely.

Vera menoleh menatap Alvaro yang di balas anggukan.
    
“Van aku ke kantin duluan ya sama teman-teman nanti kamu nyusul” Devan mengangguk sambil tersenyum.
   
“Upss gue lupa kalau kalian udah ada pawangnya jadi harus ijin dulu ya” sejak Mely mengibarkan damai pada Alvaro dan teman-temannya Mely sudah tidak canggung amat bercandanya dan bahkan bar-barnya semakin bertambah.
    
“Gini amat punya teman kayak lho Mel” Devan mengelus-ngelus dadanya.
    
“Sebenarnya gue yang bilang kayak gitu sama lho, untung lho pacarnya Indah kalau enggak udah gue tab...”
    
“Astagfirllah Mel lho cewek” ucap Aldo sambil menutup matanya. Gimana tidak teriak Mely malah mengangkat kakinya ditumpukan ke kursi membuat celana dalamnya hampir terlihat dan untungnya Aldo mencegatnya.
    
“Mely” Vera sedikit menekan saat memanggil Mely, yang di panggil malah cengengesan.
    
“Sorry Ver kelepasan ya udah lah ke kantin” dengan santainya Mely melewati mereka tanpa menunggu, Vera dan Indah hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya,

“Harus banyak bersyukur punya teman modelan kayak Mely” gumam Aldo.
 

   Vera dan Indah sedikit tercengang melihat Mely yang sudah duduk santai di kantin dengan menyantap nasi goreng.
    
“Gercep amat lho padahal masih barusan tapi lho udah dapet nasi goreng yang antrian padat amat” tidak bisa dielakkan kantin kali ini sangat ramai.
    
“Tumben-tumbenan lho mesenin kita, tapi gak apa-apalah”
    
“Tapi gak apa-apalah? gak ada terima kasihnya lagi”
    
“Ya elah perhitungan amat sama sahabat sendiri” mereka yang sibuk berdebat terusik dengan keributan di lapangan yang tidak jauh dari kantin.
    
“Ada apaan sih kayak orang marah-marah deh” tutur Vera. Indah mengangguk-ngangguk sambil menatap anak-anak di kantin yang ikut berhamburan ke lapangan, bahkan di kantin nyaris kosong.
     “Kuy ikutan juga kepo gue” belum sempat Vera ngomong tapi Mely sudah keburu pergi ke lapangan dan terpaksa Indah dan Vera juga ikut menyusul Mely.

sesampainya disana Mely menerebos kerumunan anak-anak yang berada di lapangan tidak luput Indah dan Vera juga ikut-ikutan nyelonong.

Wajah Mely sudah merah padam menahan amarah melihat dalang dari keributan itu, Vera bisa melihat kemurkaan Mely yang akan meledak.
    
“Heh apa-apaan lho, anak baru juga belagu” Nadin menoleh pada suara yang sangat mengganggunya.
    
“Apa? Gak usah cari masalah sama gue ini urusan gue gak usah ikut campur, uppss,,, gue lupa belum bilang sama lho kalau gue keponakannya kepala sekolah disini dan gue juga bisa ngeluarin lho dari sini” Mely tersenyum sinis.

“Yang cari masalah itu lho, paham? Patut dibilang murid? kalau kelakuan lho ajha kayak gini? Jangan karena lho keponakan kepala sekolah dengan seenak jidat lho nge bully murid disini” Mely tersenyum meremehkan.
    
“Sudahlah Mel gak usah ikut campur mending kita ke kelas ajha deh” ucap Vera, bukan karena takut pada Nadin cuman Vera enggan untuk kembali berurusan dengan Nadin.

secepat kilat tanpa berperasaan Nadin menarik tangan Vera hingga terjatuh pas di dekat murid yang di bully oleh Nadin. bahkan Mely saja belum sempat menolong Vera.
    
“Lho mau mati hah? Beraninya lho main tangan sama sahabat gue” Mely menatap tajam Nadin sedangkan Indah membantu Vera berdiri lutut dan sikunya tergores karena tarikan Nadin yang sedikit keras.

pandangan Vera tidak sengaja bertubrukan dengan Naya, Vera bisa merasakan rasa bersalah dari mata Naya.

Siapa sangka kali ini Indah yang bertindak jangan kira hanya Mely yang bisa bar-bar. Setiap orang pasti punya sifat bar-bar  dan itu ada tempatnya masing-masing.
 

   Semua yang ada disana ikut terperanjat melihat sisi lain dari seorang Indah yang terkenal cuek dan jutek dan jangan salah Alvaro dan teman-temannya sedang menonton aksi Indah.

ALVERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang